Pengungsi Suriah Dapatkan Khobz Setiap Hari Yang Disediakan ACT

TIM BERKAS 34
Aksi Cepat Tanggap di Idlib, salah satu provinsi di sebelah utara Suriah./ist
Aksi Cepat Tanggap di Idlib, salah satu provinsi di sebelah utara Suriah./ist

RIAU24.COM -  Suriah - Pengungsi Suriah mulai dari anak-anak hingga orang dewasa tengah berkumpul di depan sub gudang Indonesia Humanitarian Center Aksi Cepat Tanggap di Idlib, salah satu provinsi di sebelah utara Suriah.

Mereka mengenakan pakaian yang tebal untuk menghangatkan tubuh. Dalam beberapa hari ini cuaca sekitar 13 derajat Celcius tengah melanda daerah Suriah.

Para pengungsi datang dengan membawa kupon yang telah dibagikan sebelumnya. Mereka telah terbiasa datang ke sub gudang IHC itu sambil antri demi mendapatkan dua kantong khobz (roti khas Suriah) untuk satu kupon yang ditukarkan.

Baca Juga: Mantan Marinir AS Akan Diekstradisi Dari Australia Atas Tuduhan Melatih Pilot Militer Tiongkok Secara Ilegal

Hingga kini, gudang IHC terus beroperasi setiap hari. Ribuan helai khobz telah tersusun rapi di dalam gudang, sampai para pengungsi datang untuk mengambilnya.

Andi Noor Faradiba dari Global Humanity Response memaparkan dalam rilis yang diterima, ACT lewat program IHC secara rutin menyediakan 16.800 helai khobz per hari. Lalu, khobz akan didistribusikan ke para pengungsi di Idlib, Killi, Hazano di dalam Suriah, sampai ke Reyhanli di perbatasan Turki dan Suriah.

"Satu kupon untuk satu keluarga. Jadi, setiap keluarga pengungsi mendapat 14 khobz per hari, itu untuk memenuhi kebutuhan makan siang sekaligus makan malam mereka," kata Faradiba.

Kejadian ini terjadi sejak awal perang sipil, dan dampak yang dirasakan berimbas pada jutaan pengungsi Suriah.

Sejak saat itu, mereka sudah terbiasa tinggal di tenda pengungsian atau rumah tanpa jendela maupun atap. Apalagi Suriah tengah memasuki musim dingin, dan mereka tak punya alat penopang yang mampu menghalau rasa dinginnya.

Dalam situasi yang sulit seperti itu, hanya sekedar selimut, penghangat ruangan, bahkan baju hangat dan jaket tebal menjadi barang langka yang sulit dipenuhi, tanpa mengandalkan uluran bantuan.

Tidak sedikit pengungsi yang dikabarkan meninggal dunia akibat suhu dingin yang ekstrem. Badan Dunia untuk Anak-anak mengabarkan, sedikitnya 15 orang anak-anak pengungsi Suriah wafat karena hantaman suhu dingin dan akses kesehatan yang tidak layak di tenda-tenda pengungsian.

Dari laman Al-Jazeera juga menuliskan, suhu dingin ekstrem ini merata melanda wilayah Suriah dan daerah sekitar, seperti Turki, Lebanon, dan Jordan.

Suhu ekstrem ini terjadi sejak awal Januari, ribuan pengungsi yang tinggal di Kamp Bar Elias, di Lembah Bekaa, Lebanon mengalami badai salju setebal 20 cm dan angin kencang yang bertiup 55 kilometer per jam.

Bukan hanya itu saja, angin kencang musim dingin juga bertiup lebih dari 70 kilometer per jam. Sementara itu di luar tenda terpal mereka, kalau malam suhu dingin bisa mencapai -10 derajat celsius. Ini melanda wilayah sebelah Timur Laut Jordan yang terdapat sebuah kamp pengungsi Suriah yang bernama Rukban.

Baca Juga: Jembatan Runtuh Di Brasil, Asam Sulfat Tumpah Ke Sungai Picu Krisis Ekologis

ACT sendiri lewat program IHC telah melakukan banyak upaya dalam menopang kebutuhan hidup pengungsi Suriah sepanjang musim dingin ini.

Tak hanya pendistribusian ribuan helai Khobz, ACT secara rutin juga memberikan bantuan paket berisi sembako setiap satu bulan sekali. Terlebih di musim dingin, ACT pun turut membagikan paket pakaian hangat untuk ribuan pengungsi anak, baik di dalam Suriah maupun di perbatasan Suriah-Turki.(***)

 

R24/phi

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak