Mbak Tutut: Libatkan Tuhan dalam Perjalanan Hidupmu
“Selama perjalanan, kami dua kali sempat beristirahat di rest area,” kata Tomo, anggota rombongan yang berada di kendaraan lain. Sekali di jalur tol Cipali, sekali lagi di perjalanan antara Cirebon-Tegal. “Ibu Tutut keluar sekali, untuk pergi ke toilet,” kata dia.
Rombongan itu sampai di tempat transit di Purwokerto sekitar pukul 06.30 pagi. Hanya ada waktu sekitar satu jam buat Mbak Tutut sebelum bergerak lagi untuk ikut berpanen raya di Purbalingga. Saat menyapa wartawan sebelum kembali masuk mobil, dan bergerak, paras muka Mbak Tutut tak sedikit pun menampakkan keletihan.
“Wajah itu cerminan jiwa kita,” kata Mbak Tutut, saat kembali bertemu wartawan di kediaman adiknya, Bambang Tri, di Purwokerto, siang usai acara panen raya. “Bila batin kita senang dan bahagia, wajah kita pun akan secerah kebahagiaan yang kita rasa.”
Namun memang bagaimana mungkin Mbak Tutut tak akan senang. Hari itu ia akan bertemu saudara-saudara yang sangat disayanginya. Ia datang untuk menemani adiknya, Tommy Soeharto, ketua umum Partai Berkarya yang membina para petani yang tengah berbahagia itu. Ada pula Bambang Tri, yang tak kurang memberikan dukungan bagi aktivitas social adik mereka berdua.
“Bapak dan Ibu selalu meminta kita rukun dengan saudara. Meminta kami saling dukung, saling membesarkan. Jadi ini juga bagian dari bakti saya kepada kedua orang tua kami,” kata Mbak Tutut.
Berkaitan dengan sang ayah, menurut Mbak Tutut ada juga hal yang menjadi resep istimewa untuk menjaga staminanya dalam berkarya demi kemaslahatan bersama.