Terinfeksi Corona, Pria yang Sengaja Pergi ke Tempat Hiburan untuk Sebarkan Virus Akhirnya Tewas
RIAU24.COM - TOKYO - Seorang pria Jepang pengidap virus Corona atau COVID-19 membuat pengakuan yang mengejutkan. Ia mengaku awal bulan lalu pergi ke sebuah bar Filipina untuk menyebarkan virus corona. Pengakuan itu disampaikannya beberapa saat sebelum meninggal di sebuah rumah sakit.
Gara-gara pengakuannya itu, pria 57 tahun tersebut dituduh melakukan tindakan terorisme. Berita kematian pria itu muncul setelah Jepang melaporkan 39 kasus infeksi COVID-19 baru pada hari Rabu.
Pada hari ini (19/3/2020) tercatat ada 899 kasus infeksi COVID-19 di negara tersebut dengan jumlah kematian 29 orang dan pasien yang disembuhkan 144 orang.
Menurut sumber yang dikutip South China Morning Post, pria asal Gamigori itu memiliki kondisi serius yang sudah ada sebelumnya, dan dinyatakan positif terinfeksi virus penyebab pneumonia pada 4 Maret.
Walaupun ada permintaan dari pejabat kesehatan untuk mengisolasi dirinya di rumah sampai fasilitas medis spesialis dapat menerimanya pada hari berikutnya, pria itu pergi ke pub di kota malam itu dengan taksi. Dia memberi tahu orang tuanya sebelum pergi bahwa dia ingin menyebarkan virus.
Ia pun menghabiskan waktu di izakaya, sebuah perusahaan minuman Jepang dan bernyanyi karaoke di pub Filipina, di mana ia melakukan kontak fisik dengan banyak karyawan.
Di kedua tempat, dia akhirnya mengatakan kepada staf bahwa ia telah dites positif COVID-19. Seorang anggota staf yang khawatir di bar menghubungi pusat kesehatan setempat. Polisi dengan pakaian pelindung tiba dan menutup kedua tempat itu, yang pada saat itu pria tersebut sudah pulang.
Dia dirawat di rumah sakit untuk perawatan pada hari berikutnya. Pihak berwenang lalu meluncurkan penyelidikan terhadap dirinya Jumat lalu setelah seorang wanita berusia 30-an tahun yang bekerja di pub dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
"Para karyawan kehilangan mata pencaharian mereka," kata pemilik bar kepada Tokyo Reporter tanpa disebutkan namanya. “Ini tidak lain adalah terorisme. Saya ingin dia dihukum berat."
"Saya tidak bisa meluruskan ini di kepala saya. Saya tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata karena saya marah," kata anggota staf lainnya.***