RIAU24.COM -  Serangan pesawat tak berawak Uni Emirat Arab (UEA) di pabrik biskuit dekat ibukota Libya, Tripoli pada 18 November telah menewaskan delapan warga sipil dan melukai 27 lainnya, kata Human Rights Watch (HRW).

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada hari Rabu, kelompok hak asasi manusia mengatakan UEA tampaknya mengambil sedikit atau tidak ada tindakan untuk meminimalkan korban sipil dan meminta pihak berwenang Emirat untuk melakukan penyelidikan transparan atas insiden tersebut.

"Sejak konflik bersenjata saat ini di Tripoli meletus pada April 2019, UEA telah melakukan serangan udara dan drone untuk mendukung pasukan Angkatan Bersenjata Arab Libya, yang sebelumnya dikenal sebagai Tentara Nasional Libya [LNA], salah satu dari dua partai besar dalam konflik, beberapa di antaranya telah mengakibatkan korban sipil, "kata HRW.

"Semua kausalitas dalam insiden November adalah pekerja pabrik sipil, termasuk tujuh warga Libya dan 28 warga negara asing, semuanya laki-laki."

HRW mengunjungi situs itu pada Desember 2019 dan mengatakan tidak melihat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kelompok-kelompok bersenjata aktif di daerah itu. Personil di pabrik mengatakan fasilitas militer terdekat adalah rumah sakit lapangan yang terletak lebih dari 1,5 km.

"Kegagalan untuk memverifikasi bahwa para pekerja di sana adalah warga sipil dan bahwa tidak ada target militer yang sah akan menunjukkan kecerobohan dan kecerdasan yang buruk," kata Eric Goldstein, penjabat direktur Timur Tengah dan Afrika Utara di HRW, mengatakan.