Pembicaraan Bersejarah Akan Dimulai Antara Taliban dan Pemerintah Afghanistan
Kesepakatan perdamaian yang komprehensif bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan akan bergantung pada kesediaan kedua belah pihak untuk menyesuaikan visi mereka yang bersaing untuk negara.
Taliban, yang menolak untuk mengakui pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, akan mendorong untuk membentuk kembali Afghanistan menjadi "emirat" Islam.
Pemerintahan Ghani akan berusaha untuk mempertahankan status quo yang didukung Barat dari sebuah republik konstitusional yang telah mengabadikan banyak hak termasuk kebebasan yang lebih besar bagi perempuan.
"Janggut saya hitam ketika perang dimulai, sekarang menjadi putih salju dan kami masih berperang," kata Obaidullah, warga Kabul, 50 tahun, warga Kabul.
"Saya tidak percaya perang akan berakhir secepat itu, saya skeptis tentang pembicaraan itu karena kedua pihak ingin agenda penuh mereka dan sistem mereka diberlakukan," tambah pensiunan pegawai negeri itu.
Banyak orang Afghanistan khawatir jika Taliban kembali berkuasa - sebagian atau seluruhnya - dapat mengarah pada kembalinya hukum syariah Islam.