Humas Harus Adaptif Jika Tidak Ingin Lenyap
Judul Adapt or Die, terasa bombastis! Sepertinya sengaja diambil penulis karena melihat urgensinya PR untuk ber-Adaptasi dan berubah jika tidak ingin profesi ini hilang atau lenyap!
Buku ini mengupas realita lanskap dunia PR baik dari aspek Artificial Intelligence (AI), Robot, era baru jurnalisme, hoaxes, fakenews serta era Adaptasi kebiasaan baru. Sudah banyak profesi
yang ‘tergerus oleh kemajuan teknologi’, salah satunya bisa jadi adalah PR. Kemunculan sosoksosok ‘berpengaruh’ di media sosial membuka peluang sekaligus tantangan bagi praktisi PR.
Kehadiran influencer, key opinion leader, SJW (Social Justice Warrior), buzzer, selebgram, selebtweet, dan lainnya telah mampu ‘menghimpun massa’ dan menyampaikan pesan tertentu untuk menjadi sebuah gerakan yang cukup masif di media sosial, bahkan di dunia nyata. Di sinilah titik argumen buku ini, di mana PR harus adaptif, jika tidak ingin obsolete bahkan lenyap.
Buku ini juga mendapat apreasiasi dari Menteri Sekretaris Negara, Prof. Dr. Pratikno dan juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyatakan buku ini relevan dengan trends dan kompleksitas dunia Komunikasi saat ini!
Suryopratomo, Duta Besar Indonesia untuk Singapura menyatakan, “Selama bisa menjaga Trust dan Relationship dengan stakeholders, PR akan bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Agung membeberkan resep aplikatif untuk menjadi PR yang mumpuni!”