Kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182 Mirip Insiden West Air Sweden 294
Selain itu, hasil investigasi menunjukkan bahwa sistem instrumen penerbangan memberikan panduan yang kurang memadai karena adanya malfungsi yang terjadi pada masalah navigasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh prasyarat operasional yang tidak memadai untuk mengelola kegagalan sistem.
Akibat kecelakaan ini, pihak berwenang Swedia mewajibkan sistem panggilan darurat diubah. Ini wajib di seluruh industri transportasi udara komersial.
Sedangkan jika melihat gejala awal kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 nampaknya mirip dengan kecelakaan West Air Sweden 294. Pasalnya, menurut data Flightradar diduga pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terhenti sebelum menukik tajam.
Data Flightradar menunjukkan pada pukul 14.40 WIB pesawat menukik dari ketinggian 10.900 kaki menjadi 250 kaki dalam waktu kurang dari satu menit setelah menempuh perjalanan sekitar empat menit dari Jakarta. Setelah itu sinyal ADS-B menghilang dari pesawat.
Kios, menurut Deborah Balter dalam bukunya Aeronautical Dictionary merupakan salah satu malfungsi penerbangan. Keadaan ini rawan terjadi di awal pemberangkatan, mulai dari take off, kenaikan ketinggian, hingga manuver.
Kata warung Balter biasanya dipicu oleh dua hal. Pertama, karena perbedaan sudut antara sayap pesawat dengan arus angin. Perbedaan ini disebut Angle of Attack. Stall rawan terjadi ketika Angle of Attack terlalu besar, biasanya melebihi 15 derajat. Dalam hal ini, pada prinsipnya pesawat dirancang khusus untuk dapat terbang meski dengan kecepatan 280 kilometer per jam.