RIAU24.COM - Pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 telah dinaikkan fasenya, dari fase submiss (hilang) menuju fase subsunk (tenggelam).
Kapal selam memang dirancang untuk bersembunyi hingga tidak terditeksi. Meskipun seperti itu ada cara untuk mencari keberadaan kapal selam dikutip dari suara.com, Sabtu, 24 April 2021.
Saat Nanggala menyelam dalam latihan rutin itu, kecil kemungkinan ada pelacakan terhadap kapal itu.
Baca Juga: Dijuluki Crazy Rich Bantul, Ini Sumber Kekayaan Soimah
Bahkan dalam latihan jarak dekat sekalipun, akan sangat sulit untuk terus-menerus melacak sebuah kapal selam dengan sonar.
Nanggala mungkin memiliki jalur yang sudah direncanakan dalam latihan, tapi lokasi yang bisa diketahui dengan jelas adalah lokasi saat awak kapal melakukan kontak terakhir.
Biasanya, petunjuk pertama sebuah kapal selam hilang kecuali ada tabrakan yang jelas dengan kapal lain di permukaan adalah tidak ada laporan rutin dari awak.
Angkatan-angkatan laut dunia memiliki prosedur terencana untuk memeriksa dan memulai pencarian jika sebuah kapal selam berhenti melapor.
Baca Juga: Jual Eceran Dilarang, Pemerintah Naikkan Harga Rokok Mulai Bulan Depan
Prosedur ini akan segea dilakukan saat laporan tidak dilakukan. Otoritas akan segera berganti dari prosedur yang dinamai SUBLOOK (pencarian kapal selam) ke prosedur SUBMISS (kapal selam hilang).
Lalu, jika tidak ada harapan lagi atau ada bukti telah terjadi kecelakaan, ada prosedur SUBSUNK (kapal selam tenggelam).
Sebanyak apa pun jumlah pencari dan seberapa canggih pun sensor yang mereka miliki, akan selalu ada ruang ketidakpastian, dan bisa jadi sangat besar.
Semakin cepat kapal selam itu bergerak, semakin lama jangka waktu sejak kontak terakhir, semakin besar ruang ketidakpastian itu.
Kapal selam memiliki pelampung indikator yang dapat dilepaskan untuk memberi tahu posisinya saat terjadi kecelakaan. Ini tentu saja jika kecelakaan itu tidak menghalangi kemampuan awak untuk melepaskan pelampung.
Di perairan dangkal, pelampung-pelampung ini bisa tetap tersambung pada kapal selam.
Di perairan dalam, pelampung ini mengapung bebas; sehingga saat tim pencari menemukan pelampung ini, mereka harus mengkalkulasi perkiraan posisi saat pelampung itu dilepas, dengan segala faktor tidak pasti terkait angin dan arus air.