Kisah Waloejo Sedjati Korban Politik Peristiwa G30S PKI, Dari Orang Buangan dan Jadi Dokter Spesialis Bedah Cemerlang di Perancis
Inilah kisah Waloejo Sedjati, satu dari layang-layang putus dari Indonesia itu. Lelaki yang lahir 27 Juli 1935 di Desa Legokkalong, Kecamatan Karanganyar, Pekalongan, Jawa Tengah ini menuangkan kisahnya yang panjang dan getir dalam buku “Bumi Tuhan: Orang Buangan di Pyongyang, Moskwa dan Paris”.
* * * * *
Usianya 25 tahun saat itu. Ia yang pernah kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, meraih beasiswa bersama seorang mahasiswa Universitas Padjadjaran untuk belajar ilmu kedokteran di Pyongyang, Korea Utara.
Waloejo ingat benar, ia meninggalkan Indonesia pada pukul 11, tanggal 11, bulan 11, tahun 1960. Di apron penumpang Bandara Kemayoran, ia dilepas ayah dan orang sekampungnya dengan air mata kebahagiaan: seorang pemuda Legokkalong kini dikirim Presiden untuk belajar di negeri yang asing.
Waloejo pergi dengan sekoper pakaian yang terselip di dalamnya oleh-oleh wayang Gatotkaca. Saat duduk di dalam pesawat, ia geli membayangkan Gatotkaca di rak bagasi itu betul-betul sedang terbang di angkasa. Begitu pesawat melintas di atas lautan, pramugari datang membawa nampan berisi hidangan dan selembar sertifikat untuknya dengan tulisan indah: “Telah Melewati Garis Khatulistiwa”.
Pesawat itu tidak langsung membawanya ke Pyongyang di Korea Utara, tapi transit di Singapura, Yangon di Myanmar, bermalam di Kunming di China lalu ke Beijing. Empat hari di Beijing, diurus orang kedutaan Indonesia, ia kemudian naik kereta api menuju Pyongyang.