RIAU24.COM -  Jenius, solusi life finance untuk masyarakat digital savvy, resmi hadir di Pekanbaru. Sebagai digital banking dari Bank BTPN jenius hadir di Pekanbaru untuk menjangkau lebih banyak masyarakat digital savvy agar mereka dapat mengelola keuangan dan kehidupan dengan lebih simpel cerdas dan aman.

Kini untuk aktivitas selain langsung melalui smartphone dengan layanan video call KYC (Know-Your Customer), masyarakat digital savvy di Pekanbaru juga dapat langsung mengunjungi booth jenius yang berlokasi di lantai 1 Mall SKA dan ground floor atrium 2 Living world Pekanbaru.

Waasi B. sumintardja, digital banking business product head Bank BTPN menjelaskan bahwa jenius terus mendapatkan antusiasme dari masyarakat digital savvy di seluruh Indonesia termasuk Pekanbaru.

"Dalam kurun waktu 5 tahun ini, jenius bertumbuh bersama masyarakat digital savvy di Indonesia.  Jenius telah digunakan oleh lebih dari 3,5 juta digital savvy yang tersebar di 34 provinsi dan 514 kota dan kabupaten di Indonesia. Antusiasme ini yang mendorong kami untuk terus menjangkau dan mengedukasi lebih banyak digital savvy agar dapat mengelola kehidupan dan keuangan dengan lebih baik maka itu jenius hadir dan menyapa masyarakat di Pekanbaru untuk mempermudah akses edukasi dan informasi terkait layanan perbankan digital,"katanya. Kamis 17 Maret 2022.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh jenius pada Februari 2002 mengenai perilaku financial masyarakat digital savvy Pekanbaru yang melibatkan 100 responden masyarakat digital savvy berusia 17-30 di Pekanbaru ditemukan sebanyak 48 secara rutin menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk ditabung 33 persen menabung dari sisa dana setelah pembayaran rutin, tetapi sebelum pengeluaran lainnya dan 22 persen lainnya menabung dari sisa dana setelah membayar rutin dan pengeluaran lainnya.

Selain itu dalam anggaran pengeluaran (budgeting), 43 persen masyarakat Pekanbaru selalu sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan, 29 persen hampir sesuai anggaran tapi terkadang melebihi dari yang telah ditentukan dan 28 persen tidak melakukan penganggaran pengeluaran.