Tahukah Anda, Inilah Kisah Dibalik Masjid Lautze, Kronik Cerita Muslim Tionghoa yang Menghidupkan Islam di Jakarta
Melihat perkembangannya yang begitu pesat, akhirnya Presiden RI ke-3 BJ Habibie yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) cum Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) menjadi donatur untuk pembangunan masjid.
Alhasil, ruko tersebut pun dibeli dan disulap menjadi Masjid Lautze. Masjid itu pun diresmikan oleh Habibie pada tahun 1994. Bangunan didesain mengikuti ornamen-ornamen khas Kelenteng. Yusman mengatakan tujuannya agar warga beretnis Tionghoa yang mau mengenal Islam merasa lebih familiar dan tidak canggung. Melihat perkembangannya yang cukup pesat, pada 1991 akhirnya banyak permintaan orang non-Islam yang ingin menjadi mualaf.
Namun, pihaknya merekomendasikan agar ikrar memeluk Islam dilakukan di masjid besar lainnya seperti Masjid Sunda Kelapa dan Istiqlal. Akhirnya pada 1997, Masjid Lautze mulai melayani permintaan umat non-Islam yang ingin menjadi mualaf. Sejak tahun 1997 hingga sekarang, sebanyak 1.691 orang yang mengikrarkan diri menjadi mualaf di Masjid Lautze.
Dalam satu bulan, kata Yusman, sekitar delapan orang yang menjadi mualaf di Masjid Lautze. Pada Maret ini, sudah ada 12 orang yang menjadi mualaf.
Yusman mengatakan cara menjadi mualaf di Masjid Lautze tidak begitu sulit. Peserta bisa menghubungi Yayasan Karim Oei. Lalu mereka diajak berdiskusi mengenai wawasan Islam. Jika sudah merasa mantap, peserta dapat mendaftarkan diri, lalu mengikrarkan syahadat di Masjid Lautze. Setelah selesai, mereka diberikan sertifikat tanda resminya menjadi seorang mualaf.
Selain itu, kata Yusman, Masjid Lautze juga melakukan banyak kegiatan sosial, seperti membantu masyarakat terdampak yang terdampak bencana, menyalurkan sembako, hingga bekerja sama dengan Baznas memberikan pengobatan gratis setiap minggunya. Dalam memberikan bantuan, pihaknya pun tak tebang pilih.