Kepala BGN Bicara Data Soal Kaitan Gizi Timnas dengan Keseringan Kalah Main Bola

Azhar 23 Mar 2025, 14:49
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana. Sumber: kompas.com
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana. Sumber: kompas.com

RIAU24.COM - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memberikan penjelasan usai pernyataannya soal timnas sulit menang lantaran gizinya tidak bagus.

Dadan lalu menyodorkan data statistik dikutip dari detik.com, Minggu 23 Maret 2025.

Data dimulai dari data rata-rata jumlah anggota rumah tangga penduduk miskin, kelas menengah dan atas pada Badan Pusat Statistik (BPS).

Data itu menunjukkan rata-rata anggota rumah tinggi di penduduk miskin lebih banyak ketimbang kelas menengah dan atas.

"Saya kan sedang bercerita tentang pola pertumbuhan penduduk Indonesia berbasis data ini. Penduduk Indonesia sampai sekarang masih bertambah 6 orang per menit atau 3 juta per tahun dan masih akan terus bertambah mencapai 324 juta di 2045. Kalau melihat data itu, sumber pertambahan penduduk Indonesia bukan dari golongan kelas atas atau kelas menengah karena anggota keluarganya 2.84 untuk kelas atas dan 3.21 untuk kelas menengah," sebutnya.

Tambahnya, penduduk Indonesia akan bertumbuh dari keluarga miskin, bukan dari keluarga kelas menengah dan atas.

Dia menyebut saat ini sebanyak 60 persen anak-anak tidak mendapat akses terhadap makanan bergizi seimbang.

"Angka 2.84 itu artinya kalau ada 100 keluarga kelas atas, maka 84 keluarga punya anak 1 dan 16 keluarga tidak punya anak. Jadi Ibu dan Bapak digantikan oleh 0.84 anak. Angka 3.21 untuk kelas memengah kan artinya kalau 100 keluarga kelas menengah, maka 21 keluarga anak 2 dan 79 anaknya 1. Jadi penduduk Indonesia tidak bertambah dari keluarga kelas atas dan menengah, tapi dari keluarga miskin dan rentan miskin dengan anggota rumah tangga 4.78 dan 4.34. Dengan data itu tidak heran kalau 60 persen anak-anak tidak punya akses terhadap menu dengan gizi seimbang," sebutnya.

Dia yakin anak-anak tersebut nantinya berpeluang menjadi tenaga kerja berkualitas rendah jika pemerintah tidak mengintervensi pemenuhan gizinya.

Meskipun seperti itu, dia menyebut timnas saat ini merupakan produk dari pemenuhan makanan bergizi.

"Kalau makan cukup nasi, bala, mie atau bihun, krupuk dan kecap. 60 persen juga tidak minum susu karena tidak mampu beli susu. Mereka-mereka yang sekarang dalam kandungan, di TK, di SD, di SMP dan di SMA 20 tahun lagi akan menjadi tenaga kerja produktif yang jika tidak diintervensi dari sekarang akan menjadi tenaga kerja produktif yang berkualitas rendah karena secara fisik kurang optimal," ujarnya.

"Contoh jika main bola pasti sulit bertahan 90 menit. Nah sekarang PSSI menjanjikan dan saya senang karena 17 pemainnya adalah produk makan bergizi, meskipun belum mampu menang lawan Australia dan Jepang. Khusus Jepang karena makan bergizi sudah 100 tahun sehingga IQ mereka juga rata-rata tertinggi di dunia. Selain berlatih keras, IQ bagian penting dalam olah raga termasuk sepakbola," sebutnya.