Gempa Bumi Myanmar: Jumlah Korban Tewas Mendekati 3.000 Jiwa

RIAU24.COM - Jumlah korban tewas di Myanmar setelah gempa besar telah meningkat menjadi 2.719 pada hari Selasa (1 April), sementara 4.521 orang terluka dan lebih dari 400 orang masih hilang, pernyataan kepala junta Min Aung Hlaing.
Jumlah korban diperkirakan akan meningkat menjadi 3.000 orang.
Pada hari Senin (31 Mar), dilakukan hening cipta selama satu menit untuk mengenang para korban gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter yang mengguncang negara itu minggu lalu pada hari Jumat (28 Mar).
Gempa bumi tersebut juga berdampak pada negara-negara tetangga, termasuk Thailand, China, Vietnam, dan beberapa wilayah di India, yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran yang meluas.
Berapa lama korban yang terjebak dapat bertahan hidup?
Saat petugas penyelamat mencari korban di bawah reruntuhan setelah gempa bumi, muncul pertanyaan tentang berapa lama orang yang terjebak dapat bertahan hidup.
Hal ini juga bergantung pada kondisi cuaca serta akses terhadap air dan udara.
Menurut para ahli, para korban dapat bertahan hidup selama seminggu atau lebih jika lukanya tidak terlalu parah dan cuaca tidak terlalu panas atau dingin.
Sebagian besar penyelamatan dilakukan dalam waktu 24 jam setelah bencana, karena peluang untuk bertahan hidup semakin berkurang setiap hari setelah itu, imbuh mereka, sebagaimana dikutip AP. Sebagian besar korban terluka parah atau terkubur oleh reruntuhan bangunan.
Ahli geofisika Victor Tsai dari Universitas Brown mengatakan kepada AP bahwa peluang bertahan hidup meningkat jika korban berada di kantong bebas serpihan yang disebut ruang hampa, seperti meja kokoh, yang dapat menjaga mereka tetap aman saat menunggu pertolongan.
Pakar Dr. Joseph Barbera, seorang profesor madya di Universitas George Washington, mencatat bahwa api, asap, atau bahan kimia berbahaya yang terlepas dalam keruntuhan bangunan dapat mengurangi peluang bertahan hidup.
Selain itu, udara untuk bernapas dan air untuk minum juga diperlukan untuk bertahan hidup seiring berjalannya waktu.
“Anda bisa bertahan hidup beberapa lama tanpa makanan,” kata Barbera.
“Anda bisa bertahan hidup lebih lama tanpa air,” tambahnya.
Suhu juga dapat memengaruhi peluang bertahan hidup korban yang terjebak di dalam reruntuhan, sementara suhu luar dapat memengaruhi operasi penyelamatan.
Pemadaman listrik dan buruknya komunikasi telah memengaruhi operasi pertolongan di Myanmar saat tim penyelamat mencari korban selamat dalam suhu di atas 40 derajat Celsius.
Kurangnya alat berat juga memperlambat upaya pertolongan.
Barbera menambahkan bahwa sangat penting bagi para penyintas untuk menerima perawatan medis penting sebelum mereka dipindahkan dari reruntuhan, jika tidak, penumpukan racun akibat otot yang hancur dapat mengakibatkan mereka mengalami syok setelah diselamatkan.
(***)