Keselamatan Masih Terancam, Pengungsi Rohingya Tidak Bisa Kembali ke Myanmar
"Harus ada pertanggungjawaban untuk kampanye pembersihan etnis dan kemungkinan genosida terhadap Rohingya, serta kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan terhadap etnis minoritas di seluruh negeri," imbuhnya.
Lee mengatakan bahwa dia terganggu oleh laporan kekerasan baru di negara bagian Rakhine dan dia menuduh Myanmar gagal menciptakan lingkungan yang damai sehingga para pengungsi dapat kembali dari Bangladesh.
"Kampanye kekerasan terhadap Rohingya terus berlanjut, dengan pasukan keamanan perlahan-lahan bersimbah darah penduduk Rohingya yang tersisa dan terus memaksa mereka untuk melarikan diri ke Bangladesh," ujarnya.
Lee mengatakan dia kecewa dengan deportasinya 13 pengungsi Rohingya baru-baru ini dari Arab Saudi ke Bangladesh, di mana mereka telah ditangkap dan dituduh memalsukan paspor yang mereka gunakan untuk bepergian ke Arab Saudi.
Sekitar 1.300 Rohingya baru-baru ini tiba di Bangladesh dari India, kata pejabat Bangladesh awal pekan ini. Sebanyak 61 Muslim Rohingya lainnya, termasuk banyak diantaranya anak-anak, ditangkap awal pekan ini oleh India di negara bagian timur laut Assam dan Tripura. India berulang kali menolak seruan PBB terhadap keputusan untuk mengirim kembali setidaknya 40.000 Rohingya ke Myanmar.
Bangladesh berusaha memulai repatriasi pada November tahun lalu di bawah kesepakatan dengan Myanmar meskipun ada keberatan dari PBB dan kelompok-kelompok HAM global lainnya yang menyatakan kondisi di Myanmar tidak aman bagi Rohingya, yang mengatakan siap menerima mereka. Bangladesh kemudian menunda prosesnya.