Wow,,,Perusahaan Benilai US$1 miliar Disebut 'Unicorn', Ini Penjelasannya
RIAU24.COM - Istilah Unicorn menjadi perbincangan setelah debat kedua Calon Presiden 2019 di Jakarta, Minggu, (17/2/2019) kemarin.
Kata unicorn mendadak naik lantara pernyataan Capres No Urut 02 Prabowo Subianto mendapat pertanyaan dari Capres No urut 01 Joko Widodo.
Istilah unicornramai diperbincangkan selepas debat kedua pemilihan presiden 2019 di Jakarta, Minggu (17/2/2019). Ini tak lepas dari pernyataan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto saat menjawab pertanyaan capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi).
Istilah unicorn sangat jarang didengar orang awam, tapi istilah ini ternyata cukup populer dikalangan para pelaku perusahaan rintisan (StartUp).
Unicorn merupakan julukan kepada startup yang memiliki nilai perusahaan lebih dari US$1 miliar atau setara Rp 14 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.000).
"Kalau startup yang memiliki valuasi (nilai) US$1 Miliar berarti investor sudah mau investasi di startup tersebut di valuasi perusahaan US$1 Miliar," kata Wesley Harjono Director Plug and Play dilansir dari CNBC Indonesia, Senin (18/2/2019).
Lalu bagaimana cara menilai startup? Dalam menilai perusahaan ada beberapa metode yang bisa digunakan, salah satunya adalah comparable transactions, book value, dan venture capital.
1. Comparable transactions : Penilaian berdasarkan rule of three dengan key performance indicator (KPI) dari perusahaan sejenis.
Rule of three adalah sebuah metode untuk menemukan angka dalam rasio yang sama dengan angka yang diberikan seperti yang ada di antara dua angka yang diberikan lainnya.
Ini bergantung pada indikator yang akan menjadi proksi baik untuk cara penilaian Anda. Indikator ini dapat spesifik untuk industri Anda, seperti: Pendapatan Berulang Bulanan (Saas), HR headcount (Interim), Jumlah outlet (Eceran), Paten yang diajukan (Medtech / Biotech), Pengguna Aktif Mingguan atau WAU (Utusan). Sebagian besar waktu, Anda hanya dapat mengambil garis dari P&L: penjualan, margin kotor, EBITDA, dll.
2. Book Value: Penilaian berdasarkan aset berwujud (tangible asset) yang dimiliki perusahaan.
Lupakan tentang prediksi nilai startup, dan lihat berapa nilai yang sebenarnya dari aset yang dimiliki perusahaan. Nilainya mengacu pada kekayaan bersih perusahaan, yaitu aset berwujud dari startup tersebut.
Metode Nilai Buku sangat tidak relevan untuk startup karena berfokus pada nilai "nyata" perusahaan, sementara kebanyakan startup berfokus pada aset tidak berwujud: riset (untuk jenis perusahaan biotek), basis pengguna dan pengembangan perangkat lunak (untuk startup berbasis Website).
3. Venture Capital: Penilaian berdasarkan ekspektasi keuntungan (return of investments) dari Investor.
Seorang investor selalu mencari pengembalian atas investasi tertentu, katakanlah 20 kali lipat dari uang yang di investasikan. Selain itu, menurut standar industri, investor berpikir bahwa startup Anda dapat dijual dengan 20 hingga 100 juta kali lipat dalam 8 tahun.
Berdasarkan kedua elemen tersebut, investor dapat dengan mudah menentukan harga maksimum yang bersedia ia bayar untuk berinvestasi di kotak Anda, setelah disesuaikan untuk dilusi.
Metode venture capital dimaksudkan untuk startup yang berada pada tahap sebelum dan sesudah mendapatkan penghasilan.
Walaupun beberapa metode ini terbukti ampuh. Namun, Wesley menjelaskan bahwa penilaian startup tidak hanya terbatas pada metode ini dan ada unsur "seni" nya.
"Mayoritas startup itu valuasi nya tidak bisa dihitung dengan cara konvensional. Seperti unicorn kita yang masih belum profit tapi memiliki valuasi tinggi karena asumsi masa depan dari startup tersebut," ujarnya.
Wesley juga mengatakan Plug and Play yang merupakan perusahaan modal ventura atau biasa disebut venture capital menggunakan "kombinasi dari beberapa metode, karena startup nya juga beda-beda bidang nya. Jadi bisa saja Venture Capital method atau bisa juga perbandingan dengan startup lain yang sejenis (Comparable transactions)."
Sumber : CNBC Indonesia