22 Mei Bertepatan 17 Ramadhan, Sejarah Umat Islam yang Sedikit, Tapi Menang Telak Lawan Kezaliman
Ustaz Miftah menceritakan, kekuatan Quraisy Makkah berjumlah 1.300 orang, meskipun pada akhirnya hanya tersisa menjadi 1.000 orang. Sedangkan ahlu-Badar hanya sekitar 313 orang. Namun, jumlah yang kecil disertai semangat perjuangan yang tinggi serta keyakinan, tawakkal dan keimanan, maka kemenangan akan dicapai.
Kedua, terang Ustaz Miftah, kekuatan doa sangat menentukan kemenangan. Melihat kekuatan yang tak seimbang itu sempat membuat gundah hati Rasulullah, hingga beliau berdoa, Ya Allah, ini kaum Quraisy dengan segala kecongkakannya. Mereka berusaha mendustakan Rasul-Mu. Pertolongan-Mu juga yang aku harapkan. Ya Allah, jika pasukan ini sekarang binasa, tidak ada lagi yang beribadah kepada-Mu.“Kita tak dapat membayangkan sekiranya kekalahan diterima kaum muslimin saat itu, bisa dipastikan cahaya Islam akan redup. Islam hanya tinggal nama dalam catatan sejarah usang. Namun, Allah Swt meneguhkan hati kekasih-Nya,” kata Dai jebolan Mesir ini.
Disebut bahwa dalam perang ini Allah SWT menurunkan bala bantuan yang tidak terlihat oleh mata manusia dari pasukan Malaikat sejumlah 3.000. Bahkan ada lagi tambahan sebanyak 5.000 Malaikat bersayap jika mereka benar-benar sabar dan menyerahkan sepenuhnya pada pertolongan Allah.
Ketiga, berpijak pada kebenaran, kemenangan akan dicapai. Perang tanding satu persatu pun dimenangkan oleh para ksatria Badar; Hamzah berhasil menumbangkan ksatria Quraisy; Syaibah bin Rab’ah, Ali bin Abi Thalib melumpuhkan Walid bin Utbah. Dan akhirnya Utbah bin Rabi’ah pun meregang nyawa di tangan Ubaidah.
Perang terbuka dimulai. Debu-debu padang pasir menutupi pandangan. Satu persatu-persatu musuh tumbang. Sebagian berlarian kocar-kacir. Akhirnya, kemenangan diraih kaum muslimin.Kini, peperangan telah usai. Tak ada lagi peperangan fisik.
Namun, semangat juang Badar itu harus tetap ada, harus menjadikan umat Islam bangkit dari kemiskinan, ketertinggalan teknologi dan kebodohan intelektual.