Harimau Sumatera Jantan yang Terjerat di Riau Akhirnya Mati
Nafsu makannya juga sangat baik ketika diberi daging babi. Kemudian 12 April 2019, kondisi Inung Rio baik dan tidak memperlihatkan sakit serius, hanya saja Minggu (14 April 2019), aktivitas Inung Rio sudah menurun.
Mulai hilang nafsu makan, kerontokan rambut, air liur berlebih (hypersalivasi), dan mata berair (hiperlakrimasi). Bahkan, terjadi peningkatan frekuensi nafas mulai pukul 16.00-24.00 WIB.
Lalu Senin (15 April 2019), pukul 02.00 WIB, terdapat lendir dalam rongga hidung dan terlihat adanya refleks batuk dengan rata-rata frekuensi nafas 48 kali per menit. Pada pukul 16.42 WIB, Inung Rio mengalami kejang-kejang dengan durasi sekitar dua menit.
Berdasarkan gejala klinis yang terlihat berupa hilangnya nafsu makan, hipersalivasi, hiperlakrimasi, kerontokan rambut, muntah, batuk dan kejang, maka harimau Inung Rio diduga mengalami gangguan pernafasan yang disebabkan infeksi sistemik.
Diagnosa sementara terjadi gangguan sistem pernafasan (pneumonia) dengan suspect infeksi jamur dan bakteri Clostridium tetani, kegagalan sirkulasi darah, gangguan fungsi saraf ringan dan Distemper.
Hasil pemeriksaan laboratorium patologi yang baru keluar pada 25 Mei 2019 menyimpulkan ada perubahan organ utama, terutama paru-paru. Hal itu menjadi penyebab utama atas kematian dan infeksi yang terjadi secara menyeluruh (sistemik), namun belum dapat ditentukan agen patogennya bakteri atau virus.