Jarang yang Tahu, Ini Pelaut Muslim Terkenal dan Legendaris Sepanjang Zaman
RIAU24.COM - Perkembangan Islam di seluruh dunia, tidak terlepas dari dukungan kemampuan menjelajahi laut dan samudera. Keahlian ini pula yang banyak membantu tersebarnya Islam di Tanah Air, yang memiliki ribuan pulau.
Sejarah mencatat, pada zaman keemasan Islam, perkembangan ilmu navigasi telah memunculkan para pelaut tangguh. Mereka berkeliling dunia dengan bantuan teknologi yang cukup canggih pada masanya. Dari sekian banyak pelaut muslim tersebut, ada tiga nama yang dikenal sebagai pelaut masyhur sepanjang zaman.
Pertama adalah Ahmed Muhiddin Piri. Dunia Barat mengenalnya sebagai Piri Reis. Pria ini lahir pada tahun 1465 dan wafat pertengahan abad ke-16. Dia merupakan pelaut ulung dari Kesultanan Utsmaniyyah di Turki. Piri juga masyhur sebagai pembuat peta dan navigator yang brilian.
Dilansir republika, Rabu 10 Juli 2019, tak sekedar ahli di laut, Piri juga memiliki warisan terkait ilmu berlayar. Semua pengetahuannya tentang ilmu berlayar, dituliskannya dalam sebuah kitab bernama i Bahriye. Kitab tersebut terbagi atas dua bagian.
Pertama berisi informasi mengenai jenis-jenis badai, teknik menggunakan kompas, serta data yang rinci beserta petanya tentang kota-kota penting di pesisir Laut Tengah. Sedangkan pada bagian kedua lebih sebagai panduan bagi para penjelajah yang hendak mengarungi lautan.
Pada tahun 1513, Piri mulai membuat peta dunia, yang di dalamnya juga ada benua yang kelak dinamakan Amerika. Warisan berharga ini di kemudian hari ditemukan di Istana Topkapi, Istanbul, pada tahun 1929.
Tak berhenti sampai di situ, 15 tahun berikutnya, Piri membuat peta dunia lainnya yang le bih detail dalam menunjukkan wilayah Amerika, sebagaimana kini dikenal masyarakat modern. Dalam membuat karya besarnya itu, dia memanfaatkan sekitar 20 artefak peta tua berbahasa Arab, Spanyol, Portugis, China, India dan Latin.
Yang Kedua adalah Cheng Ho. Pelaut asal China ini lahir pada tahun 1371 dari keluarga muslim yang taat di kawasan Yunnan, China. Nama aslinya adalah Ma He. Dalam bahasa Cina, 'Ma' digunakan untuk menyebut Muhammad. Ayah dan kakeknya diketahui pernah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Saat masih muda, kota tempat tinggal Cheng Ho diserang tentara Dinasti Ming. Cheng Ho ditangkap dan dibawa ke ibukota kekaisaran di Nanjing.
Di tempat barunya, Cheng Ho mulai bekerja di istana kaisar. Karena kedekatannya dengan pangeran, ketika dewasa Cheng Ho menduduki posisi penting. Gelar kehormatan 'Cheng' diberikan dalam masa ini. Selama menjelajah dunia, Cheng Ho menjadi duta sang kaisar di negeri-negeri yang disinggahi.
Kaisar memerintahkannya agar menghormati masyarakat tempatan sehingga membawa citra baik bangsa Cina. Armada Cheng Ho kerap disambut hangat penguasa setempat, sembari menjalankan misi dagang dan diplomatik.
Khusus di Indonesia, Cheng Ho dikenal dengan baik. Bahkan di Kota Semarang, Jawa Tengah, ada destinasi wisata yang berkaitan dengan pelaut ulung ini.
Jejak peninggalan Cheng Ho berupa Kelenteng Sam Poo Kong, Gedungbatu, Semarang. Selain petilasan, di tempat tersebut juga terdapat situs yang dipercaya sebagai makam juru mudinya.
Konon dalam perjalanannya ke Nusantara, juru mudi kapal Cheng Ho, Wang Jinghong, sakit keras. Mereka akhirnya memutuskan singgah di Semarang. Di kawasan yang kini bernama Gedungbatu, Semarang Barat, Wang Jinghong menempati sebuah gua. Di tempat itu kemudian berdiri kelenteng yang di kemudian hari menjadi Kelenteng Sam Poo Kong.
Ketiga adalah Ahmad bin Majid. Pelaut berdarah Arab ini pada tahun 1421 di Ras al-Khaimah, yang kini merupakan bagian dari Uni Emirat Arab. ia wafat pada tahjun 1500. Ia lahir dari keluarganya yang memang sudah lama berkecimpung dalam perniagaan maritim. Ia sudah mulai pandai membawa kalap, saat masih berusia 17 tahun.
Sejarawan memberinya gelar sebagai 'Singa Lautan.' Ini lantaran luasnya pengetahuan Ibnu Majid mengenai ilmu kemaritiman dan juga pengalamannya mengarungi samudra.
Dunia Barat mengenalnya sebagai pelaut legendaris yang menolong Vasco da Gama dalam pelayarannya. Pada akhir abad ke-15, da Gama menyelidiki jalur maritim dari Eropa ke India. Pada akhirnya, ekspedisi pelaut Portugis ini membuka jalan bagi permulaan ekspansi kolonialisme Barat atas Asia dan Afrika. ***