Ternyata, Begini yang Dirasakan Putra Sulung Jokowi, Gibran, Saat Pertama Kali Lihat PDIP
RIAU24.COM - Putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, telah resmi menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sejak September 2019 lalu. Terkait pilihannya itu, Gibran mengaku bangga. Namun siap sangka, ternyata Gibran sempat merasa ragu saat pertama kali melihat suasana di partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri tersebut.
"Waktu pertama kali lihat PDIP, saya kagum ini partai yang tua banget. Saya sempat ragu," ungkapnya, Minggu 10 November 2019 di Jakarta.
Dilansir viva, Gibran kemudian menuturkan, ia pernah diajak Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto ke kantor DPP PDIP. Saat itu, Hasto bercerita mengenai manajemen di PDIP. Hal itu yang membuat dia akhirnya sadar bahwa partai tersebut punya masa depan.
"Saya langsung tek, partai ini punya masa depan. Partai ini enggak jadul-jadul banget," ujarnya lagi.
Gibran menuturkan bahwa PDIP punya visi dan misi yang jelas ke depan. Selain itu, PDIP bisa menampung kader muda, seperti dirinya.
Tidak hanya sekedar bergabung, Gibran juga telah memulai manuver politiknya, dengan memilih maju pada ajang Pilkada Kota Solo. Untuk mendapatkan dukungan, pada Oktober lalu, Gibran menemui Ketua Umum DPP PDIP Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Tujuannya, tentu saja meminta restu kepada Megawati untuk mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat calon Walilota Solo pada Pilkada 2020 mendatang.
Untuk diketahui, Meski menyandang status sebagai anak presiden, Gibran yang awalnya dikenal sebagai seorang pengusaha, sempat melontarkan pernyataan bahwa ia tak akan terjun ke politik. Namun akhirnya, dia mengikuti jejak ayahnya dan menjadi kader PDIP.
Gibran sempat bilang alasannya terjun ke politik karena lebih bermanfaat bagi banyak orang dibanding hanya menjadi pengusaha karena orang yang dibantunya terbatas. Sementara jika jadi kepala daerah maka orang yang dibantunya bisa lebih banyak lagi.
Namun beberapa pengamat menganggap bahwa alasan Gibran terjun ke politik saat ini karena Jokowi ingin membangun dinasti politik.
Seperti disampaikan pengamat politik Universitas Indonesia, Delia Wildianti, keluarga Jokowi hanya punya kesempatan besar meregenerasi politik dalam lima tahun ke depan atau saat Jokowi masih menjadi presiden hingga 2024 mendatang. Karena jika sudah lengser, dia tak lagi cukup berkuasa menempatkan seseorang dalam jabatan strategis.
Namun penilaian itu dibantah Gibran. Menurutnya, jika memang ingin membangun dinasti politik, dia bisa saja meminta jabatan menteri kepada sang ayah. Sementara dalam pilkada Solo, dia ikut berkontestasi sehingga masyarakat bisa memilihnya atau sebaliknya. ***