Peninggalan Era Kejayaan Minyak yang Membentuk Riau
Riau masih berupa hutan dengan topografi rawa gambut yang konturnya lembek. Supaya permukaannya tidak anjlok, maka dibuka jalan dengan cara kayu-kayu bulat (log) diletakkan melintang di badan jalan. Kemudian material itu ditimbun tanah dan disiram dengansludge, atau residu minyak yang tidak terpakai. Dan dalam perawatannya, lapisan minyak lama dikerok dulu kemudian disiram dengan yang baru. Cara penyiraman ampas minyak itu rupanya berhasil memperkuat konstruksi jalan sehingga bisa dilintasi truk-truk tonase besar termasuk untuk membawa minyak mentah.
PT CPI awalnya menggunakan jalan itu khusus untuk operasionalnya, dan baru sekitar 1960-an fasilitas itu dibuka untuk publik. Ketika berstatus jalan nasional, rute jalan Pekanbaru-Dumai dipangkas sekitar 24 kilometer di bagian yang curam. Perusahaan Amerika Serikat itu kemudian membuat jalan baru khusus untuk operasionalnya, dan masih digunakan sampai sekarang.
"Menanjak digelombangsusah banget. Ada yang ngakalin karena diferensial mobil itu lebih kencang di perseneling mundurnya, jadi mobil diputar balik. Jadi mobilnya naiknya mundur. Kebetulan aku ngalamin waktu kecil, naik mobil tangki ya seperti itu," kata Iwan Syawal.
Jalan minyak itu sendiri baru diaspal pada dekade 1980-an.
Jembatan Siak I
Warga lama di Kota Pekanbaru lebih mengenalnya dengan sebutan Jembatan Lekton atau Leton, ketimbang nama aslinya Jembatan Siak I. Bagi mantan Gubernur Riau, Andi Rachman, peninggalan industri minyak tersebut punya kesan tersendiri karena masih kokoh berdiri sampai sekarang.