Peninggalan Era Kejayaan Minyak yang Membentuk Riau
Mayoritas jalan yang menghubungkan daerah-daerah di Sumatera Tengah pada waktu itu dirintis oleh PT CPI. Kenangan itu melekat di benak mantan Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, yang merupakan seorang saksi hidup bagaimana rasanya jalan minyak.
"Yang saya tahu, waktu itu seluruh jalan dibangun Caltex (PT CPI, Red.) untuk konsesi cari ladang minyak. Di Pekanbaru, Siak, Dumai, Bengkalis, sampai Rohil, Rohul, di mana ada sumur pasti Caltex buat jalan," kata pria yang akrab disapa Andi Rachman ini.
Adanya jalan minyak pada masa itu sangat menolong warga di daerah pesisir. Warga dari Bagansiapiapi, Rohil, menggunakan kapal sampai Dumai dan melanjutkan perjalanan naik mobil ke Pekanbaru. Jalan itu merupakan akses transportasi darat pertama yang menyambungkan Padang, Sumatera Barat, hingga ke Dumai. Jalan minyak tersebut kini masih digunakan, menjadi bagian dari Jalan Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan Riau dengan Sumatera Utara.
Andi Rachman pertama kali melintasi jalan minyak saat masih duduk di Taman Kanak-Kanak (TK) bersama orangtuanya dari Pekanbaru ke Dumai. Antrean mobil bisa sangat panjang ketika hari hujan."Dulu kan waktu jalan minyak, pendakian ada yang tinggi dan curam. Kalau hujan antrean mobil sangat panjang, tunggu bergiliran jalan satu-satu takut slip. Mobil terbalik sudah biasa pada waktu itu," kenangnya.
Iwan Syawal, pemerhati sejarah dan praktisi kepariwisataan Riau, menjelaskan lebih dalam asal muasal sebutan jalan minyak.
Menurut dia, PT CPI mulai membuat jalan dari daerah administrasi di Rumbai (Pekanbaru) ke area produksi minyak di Minas, Duri dan Dumai sekitar tahun 1953. Ruas jalan yang dibangun dari Pekanbaru dan dari Dumai, bertemu di daerah Kandis pada 19 Maret 1958. Saat itu Caltex menggelar perayaan saat kedua jalan itu bertemu.