Kuliah Master di Australia, Pria Indonesia Ini Malah Jadi Tukang AC, Tapi Gajinya Bikin Ngiler
RIAU24.COM - Didin Andijaya, akrab dipanggil Andy, merupakan pria kelahiran Malang yang pindah ke Australia untuk mengambil S-2 di bidang bisnis internasional dari Macquarie University. Ia kemudian menjadi penduduk tetap, atau 'permanent resident' Australia di awal tahun 2000-an.
Tapi setelah mendapatkannya, Didin malah kebingungan. "Mencari pekerjaan untuk PR tetap sulit, karena mereka lebih mencari orang yang punya pengalaman, ketimbang bergelar master," ujar Andy yang dibesarkan di Jakarta seperti dilansir republika.
Di tengah kebingungannya, ia melihat lowongan pekerjaan 'tradie' atau pertukangan dari sebuah koran komunitas warga Indonesia di Sydney. Meski tak punya pengalaman dengan sebagai 'tradie', Andy mengaku menunjukkan kesungguhannya setelah ia mendapat tawaran bekerja.
"Saya sebelumnya tidak bisa memegang bor, obeng, tapi semua diajarkan mereka dan dalam kurang dari setahun sudah terlatih menggunakannya," kata pria kelahiran tahun 1967 tersebut.
Setelah magang, atau istilahnya di Australia 'apprentice', selama 3,5 tahun, Andy akhirnya mendapatkan lisensi sebagai teknisi AC. Ia juga mengambil progam pelatihan dan 'apprentice' di bidang listrik untuk memudahkan kebutuhan pelanggannya.
Awal bulan November, layanan situs pencari kerja di Australia, SEEK mengumpulkan data lewat jumlah gaji yang dicantumkan dalam sejumlah lowongan kerja 'tradie'.
Hasilnya menunjukkan teknisi AC dan kulkas menjadi 'tradie' memiliki upah tertinggi, dengan rata-rata mencapai AU$ 83,278 per tahun, atau hampir Rp 795 juta per tahun.
Kepada ABC, Andy tidak mengaku berapa jumlah pasti pendapatannya, tetapi mengatakan berada di kisaran AU$ 150 ribu sampai AU$ 200 ribu per tahun, atau antar Rp 1,4 hingga 1,9 miliar.
Tapi menurutnya ada beberapa warga Indonesia yang hanya melihat "wah uangnya besar", tetapi begitu mengerjakannnya merasa pekerjaan tersebut "berbahaya dan kotor", karena butuh naik ke atap, misalnya.
Akibatnya tidak banyak warga Indonesia di Australia yang dapat bertahan lama menjadi teknisi AC dan listrik, padahal menurut Andy 'tradie' di Australia memiliki peluang yang bagus. "Kerjaanya tidak pernah habis, karena semua orang butuh bangunan, listrik, renovasi, terutama jika mereka baru membeli rumah," jelasnya.
Belum lagi dengan cuaca di Sydney yang semakin memanas, hampir semua rumah kini membutuhkan AC, tambahnya.
Bagi Andy, pekerjaan menjadi "tukang" membuatnya bahagia dan itu tidak bisa diukur karena besarnya penghasilan. "Ada kebahagiaan saat menyelesaikan pekerjaan yang membuat orang lain senang, semakin mereka senang, semakin bahagia juga saya," kata Andi.***