Menu

Mengerikan, Ini yang Bakal Terjadi Jika Indonesia Alami Lockdown Karena Virus Corona

Siswandi 18 Mar 2020, 11:45
Salah satu kota wisata di Italia yang tampak seperti kota mati setelah pemerintah negara itu menetapkan aturan lockdown akibat virus Corona. Foto: int
Salah satu kota wisata di Italia yang tampak seperti kota mati setelah pemerintah negara itu menetapkan aturan lockdown akibat virus Corona. Foto: int

RIAU24.COM -  Sejumlah negara sejauh ini telah memberlakukan lockdown, sebagai upaya menekan penyebaran virus Corona. Lalu bagaimana jadinya, jika Indonesia nanti akan memberlalkukan kebijakan serupa? Ternyata cukup mengerikan. 

Seperti dituturkan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, jika Indonesia memberlakukan lockdown, maka dampaknya bisa diprediksi akan jauh lebih besar dibandingkan negara-negara lain. 
zxc1

Hal itu disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, jumlah tenaga kerja Indonesia lebih banyak di sektor informal.

"Lockdown itu untuk Indonesia dampak negatifnya jauh lebih besar dari negara lain karena banyak yang di sektor informal. Pedagang bakso nggak bisa jualan bakso. Berapa ribu masyarakat kita yang jualan bakso, yang jualan ketoprak, yang jualan pecel, yang jualan siomay, yang buka warung. Mereka akan kehilangan income. Berapa lama mereka bisa bertahan," ungkapnya, dilansir detik, Rabu 18 Maret 2020.

Karena itu, jika lockdown terjadi, pemerintah harus menyiapkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat menengah ke bawah yang bekerja di sektor informal.

"Pemerintah harus menyiapkan itu. Kalau nggak, mereka akan kesusahan," terangnya lagi. 

Terpisah, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual, mengatakan jika lockdown dilakukan maka dampaknya di Jakarta sangat lebih berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Hal itu mengingat hingga saat ini 75 persen pergerakan uang dalam perkonomian nasional masih terpusat di Jakarta.

"Dampak ekonominya agak sukar dihitung karena kita belum tahu berapa lama (jika lockdown) akan terjadi. Lockdown-nya misalnya seminggu, dua minggu, sebulan, beda hasilnya. Kalau dilakukan di Jakarta akan cukup signifikan pengaruhnya karena porsi Jakarta terhadap ekonomi nasional besar. 75 persen peredaran uang kan adanya di Jakarta, Jabodetabek," sebutnya.

Meski begitu, pengaruh pertumbuhan ekonomi di tengah situasi saat ini dianggapnya tidak masalah. Mengingat hampir semua negara mengalami penurunan ekonomi akibat virus corona ini.

Menurutnya, yang terjadi saat ini, Indonesia khususnya di Jakarta, secara tidak lansung sudah menerapkan semi lockdown. Mengingat sejumlah pekerjaan dan kegiatan belajar dilakukan dari rumah.

"Sebenarnya sekarang sudah lockdown di jalanan kan sudah menyepi, lalu lintas setengahnya lah dari biasanya. PNS, sekolah juga sudah diliburkan, tempat wisata ditutup jadi sudah semi lockdown," katanya.

Karena itu, ia menilai kebijakan melakukan semi lockdown cukup sebagai antisipasi penyebaran virus corona sampai melihat perkembangan yang terjadi. Dengan begitu bisa menjaga ketersediaan rumah sakit agar tercukupi. "Menurut saya semi lockdown sudah cukup bagus menghindari penyebaran (virus corona) sehingga infrastruktur rumah sakit kita sanggup menangani," terangnya.

Belum Diterapkan, Ini Alasannya 
Sementara itu, Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah Indonesia belum mengambil kebijakan lockdown dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya, kebijakan itu dapat berdampak terhadap berbagai aspek mulai dari ekonomi, sosial dan keamanan.

"Belum diambil karena lockdown itu artinya membatasi wilayah atau daerah dan memiliki implikasi ekonomi, sosial dan keamanan," terangnya, di kantor BNPB, Jakarta Timur, dilansir viva. 

Karena itu, kebijakan yang bisa diambil saat ini adalah social distancing yang dirasa hal yang efektif. Ditambahkannya, pemerintah memperhatikan masyarakat Indonesia yang mengandalkan upah harian dalam menopang hidup. Jika kebijakan lockdown diterapkan, maka akan mengganggu aktivitas ekonomi.

"Dengan lockdown orang di rumah maka aktivitas ekonomi sulit berjalan dan secara ekonomi itu berbahaya. Oleh karena itu kita belum mengambil ke arah sana," tambahnya. ***