Warga Kampung Ini Geger, Warganya Dikira Meninggal Akibat Sakit Jantung Ternyata Positif Corona, Padahal Jenazah Sempat Dimandikan serta Digelar Tahlilan
RIAU24.COM - Geger dan cemas, itulah yang kini dirasakan warga Kampung Malang Nengah, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hal itu setelah mereka mengetahui, almarhum salah seorang warga mereka, dinyatakan positif terjangkit virus Corona atau Covid-19. Warga menjadi khawatir, sebab saat proses pemulasaraan jenazah, warga melakukannya sendiri tanpa mengikuti prosedur penanganan pasien Corona.
Sama halnya dengan beberapa kejadian di tempat lain, kondisi ini terjadi karena saat almarhum meninggal, hasil swab tenggorokannya belum keluar. Selain itu, pihak terkait juga tak pernah memberi tahu warga, kalau almarhum berada dalam pengawasan karena virus Corona.
Sehingga, warga tidak curiga dan menduga pria berprofesi pengemudi ojek itu meninggal akibat penyakit jantung. Apalagi sebelum meninggal, almarhum diketahui sering berobat ke dokter karena penyakit jantung yang dideritanya.
Proses pemulasaraan jenazah dilakukan pada Jumat (3/4/2020) lalu. Karena tidak ada informasi apa pun, warga melaksanakannya tanpa mengikuti prosedur sesuai aturan untuk pasien Corona.
Tak hanya, itu korban dimakamkan, juga sempat digelar tahlilan untuk mendoakan almarhum. Tahlilan ini digelar selama tujuh hari. Setidaknya, ada 25 warga yang ikut kegiatan ini, termasuk perangkat desa.
Berdasarkan rentetan kisah itu, warga di Kampung Malang Nengah saat ini dilanda rasa rasa waswas.
"Warga memang benar-benar tidak tahu (almarhum positif) karena Dinkes tidak cepat menginformasikan hasilnya, usai tahlilan itu ada kabar hasil swab positif. Pada galau (cemas) tuh warga jadi untuk menenangkannya kita lakukan imbauan isolasi mandiri," ucap Sekretaris Kecamatan Ciseeng, Heri Isnandar, kepada kompas, Senin (13/4/2020).
Berpotensi ODP
Lebih lanjut, Heri menerangkan, hasil swab almarhum baru keluar sepekan kemudian, yakni pada Sabtu (11/4/2020). Hasil swab menunjukkan almarhum ternyata sudah terjangkit virus Corona. Atas kejadian tersebut seluruh peserta tahlilan berpotensi menjadi Orang dalam Pemantauan (ODP).
"Informasinya almarhum ini sakit jantung dan memang sejak awal tidak ada SOP Covid-19 pemakaman. Makanya warga tetap ikutan tahlilan karena menganggapnya (meninggal) sakit jantung," ungkapnya.
Sementara itu, dinas kesehatan setempat akan segera melakukan tes swab kepada anggota keluarga almarhum. Jika hasilnya positif, maka status warga lainnya bakal naik menjadi ODP.
"Ada tiga yang diperiksa, salah satunya pembantu beda kampung. Jadi mudah-mudahan hasil semuanya negatif sehingga warga yang hadir di tahlilan itu tidak naik statusnya," harapnya lagi.
Dinkes Dinilai lambat
Menurut Heri, warga menyesalkan sikap petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) karena dinilai lambat dalam memberikan informasi. Apabila kejadian tersebut diinformasikan sejak awal, maka warga akan mengikuti prosedur kesehatan yang sudah ditetapkan.
"Kami kecamatan dan desa melakukan tugas sesuai kewenangan. Jadi mungkin untuk jajaran Dinkes agar lebih bisa menginformasikan secepatnya apabila ada yang positif meninggal. Sehingga kami juga lebih cepat membantu bagaimana mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jangan sampai kecolongan begini. Masyarakat jadi parno, takut," ujarnya lagi. ***