Jika Kim Jong Un Tak Lagi Menjadi Pemimpin Korea Utara 5 Hal Ini Diprediksi Akan Terjadi
RIAU24.COM - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dikabarkan dalam kondisi yang kritis usai melakukan operasi kardiovaskular. Informasi ini didapat dari laporan intelijen yang dipantau terus oleh pemerintah Amerika Serikat (AS). Sosoknya menjadi sorotan setelah diketahui tidak menghadiri peringatan pendiri Korut sekaligus kakeknya, Kim II Sung, 15 April lalu.
Kondisi Kim Jong Un sendiri dikabarkan mulai membaik setelah dirawat disebuah lokasi rahasia yang terletak di kawasan Hyangsan County. Menariknya, Kim Yo-Jong yang merupakan sang adik, disebut akan mengangtikanya.
Lalu, kira-kira apa yang terjadi dengan Korut seandainya suami Ri Sol Ju ini tak lagi memimpin, mengutip dari Boombastis berikut ulasanya.
Masyarakat Korea Utara akan merasa kehilangan dengan kepemimpinan Kim Jong Un
Meski kerap dicaci karena pemerintahannya yang dinilai sebagai diktator, banyak dari rakyat Korea Utara yang masih mencintai kepemimpinan Kim Jong Un. Mulai dari kalangan petinggi militer, pejabat senior partai, hingga masyarakat umum, tetap menunjukkan rasa hormat dan loyalitasnya terhadap Kim Jong Un.
Hal ini juga didukung dengan kebiasaan masyarakat Korea Utara yang kerap membungkuk di hadapan patung para pemimpin Korea Utara di masa lalu, Kim Il-Sung dan Kim Jong-Il, yang dianggap layaknya ‘dewa’ karena telah berjuang memberikan kemakmuran serta melindungi negara. Termasuk sosok Kim Jong Un sendiri.
Rencana darurat AS soal kemungkinan yang terjadi jika Kim Jong Un tiada
Sebagai negara yang kerap mengkritik kebijakan Korea Utara, pemerintah AS tampaknya ikut bereaksi atas kabar soal kondisi yang dialami oleh Kim Jong Un. Dikutip dari Fox News (22/04/2020), Paman Sam telah menyiapkan sebuah rencana darurat jika nantinya pemimpin Korea Utara itu meninggal dunia.
Menurut gambaran para pejabat AS, adanya kemungkinan terjadi krisis kemanusiaan di Korea Utara, sebagai akibat dari pemerintahan Kim Jong Un yang otoriter. Hal tersebut bisa memicu kelaparan massal pada jutaan masyarakat dan diprediksi akan melakukan eksodus besar-besaran untuk keluar dari negara tersebut.
Besar kemungkinan Kim Yo-Jong akan gantikan Kim Jong Un
Usai sang kakak dikabarkan kritis setelah melakukan operasi kardiovaskular, sosok Kim Yo-jong mendadak populer dan jadi sorotan di mana-mana. Selain memiliki kedekatan dengan secara personal, wanita 31 tahun itu ternyata juga mewarisi sikap dan gaya kepemimpinan yang serupa dengan Kim Jong Un.
Para pakar pun memiliki gambaran bahwa Kim Yo-Jong merupakan sosok ‘alter-ego’ dari Kim Jong Un. Menurut investigasi National Interest pada 2019 silam, anggota senior Partai Buruh yang berkuasa di pemerintahan itu dianggap sebagai wanita terkuat di Korea Utara. “Dia punya akses langsung dan memiliki pengaruh kuat pada Kim Jong-un,” ucap pakar Korea Utara, Leonid Petrov, yang dikutip dari The Guardian (20/04/2020).
Prediksi rezim Kim Jong Un menurut mantan diplomat Thae Yong Ho
Salah seorang pembelot Korea Utara, mantan diplomat Thae Yong Ho, mengatakan bahwa rezim Kim Jong Un diprediksi akan jatuh pada 20 tahun kemudian. Dirinya mengatakan, keruntuhan itu bukan karena invasi militer atau tekanan dari pihak Amerika Serikat yang selama ini dianggap sebagai ‘musuh’ luar negeri, tapi karena bangkitnya generasi muda.
Sistem otoriter yang diterapkan oleh Kim Jong Un, tentu tidak memiliki ideologi yang serupa dengan mereka. Terlebih era globalisasi di masa yang akan datang menuntut adanya keterbukaan. Hal ini nantinya bisa dilihat saat para jenderal, pejabat, dan loyalis senior yang setia pada Kim memasuki usia pensiun. Tentu generasi muda Korut akan menggantikan tempat mereka.
Mengundang respon militer AS dan sekutunya terhadap kekacauan di Korea Utara
Prediksi soal kekacauan massal berupa krisis kemanusiaan di Korea Utara tak hanya bakal merepotkan masyarakat di dalamnya, militer AS dan sekutunya dekatnya seperti Korea Selatan (Korsel) juga diprediksi bakal mengintervensi negara tersebut untuk memulihkan situasi.
Menurut David Maxwell, pensiunan kolonel Pasukan Khusus dan anggota senior di lembaga think tank, Foundation for Defence of Democracies yang dikutip dari Military Times (22/04/2020) mengatakan, militer AS dan Korea Selatan harus segera mengamankan program nuklir Korea Utara seperti senjata pemusnah massal yang dinilai membahayakan, berikut aset-asetnya seperti fasilitas pengembangan, manufaktur, teknisi dan para ilmuwan.
Menerka kondisi terkini dari Kim Jong Un memang masih terbatas sumber informasi dari laporan intelijen saja. Terlebih, media di Korea Utara terkesan menutup rapat dan tidak membahas sama sekali jika pemimpinnya dikabarkan menderita sakit usai dioperasi.