Riset dari Singapura Prediksikan Corona di Indonesia Diprediksi Berakhir di Juni
RIAU24.COM - Berdasarkan hasil estimasi data dari 24 April, Universitas Teknologi dan Desain Singapura memprediksi pandemi virus corona atau (Covid-19) di Indonesia akan berakhir pada bulan Juni 2020.
Mengutip dari CNNIndonesia.com, Ahad, 26 April 2020, dalam situs resmi, SUTD menggunakan model SIR (susceptible-infected-recovered) yang diregresikan berdasarkan data dari berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi dan memprediksi kapan pandemi tersebut akan berakhir. SUTD mengumpulkan data dari berbagai negara.
Dalam keterangannya, SUTD menyebut analisis dan prediksi hanya untuk tujuan pendidikan dan penelitian. Laboratorium Inovasi Berbasis Data SUTD menggunakan kecerdasan dalam membuat prediksi.
Khusus untuk Indonesia, SUTD menyampaikan pandemi akan berakhir sekitar tanggal 3 Juni 2020. Adapun puncak pandemi, SUTD memprediksi sudah terjadi sekitar tanggal 19-21 April 2020.
Dari sejumlah negara Asia Tenggara yang diprediksi itu, Indonesia merupakan negara paling terakhir yang mengakhiri pandemi. Pasalnya, SUTD menyampaikan Malaysia akan mengakhiri pandemi pada 5 Mei, Filipina 7 Mei, dan Singapura 13 Mei 2020.
Dalam data yang dipublikasikan itu, SUTD menyampaikan Amerika Serikat yang kini menjadi negara dengan jumlah korban meninggal akibat Covid-19 paling banyak di dunia akan mengakhiri pandemi pada 9 Mei 2020.
Adapun Spanyol diprediksi mengakhiri pandemi pada 1 Mei, Italia pada 4 Mei, Prancis pada 3 Mei, Jerman pada 30 April, Inggris pada 13 Mei, Turki pada 15 Mei, Iran pada 10 Mei, Rusia pada 21 Mei, Kanada pada 16 Mei, Arab Saudi pada 1 Juni, dan Jepang pada 9 Mei.
Selanjutnya, Uni Emirat Arab pada 15 Mei, Sudan pada 4 Mei, Mesir pada 20 Mei, Yordania pada 19 April, India pada 20 Mei, Pakistan pada 3 Juni, Bahrain pada 3 Juni, Libanon pada 22 April, Australia pada 13 April, dan Kuwait pada 29 Mei.
Sedangkan Qatar yang kini hanya memiliki 10 kasus kematian Covid-19 diprediksi akan mengakhiri pandemi lebih lama dari seluruh negara yang diprediksi, yakni pada 8 Juli 2020.
Sementara itu, sejumlah pihak meragukan prediksi yang dilakukan SUTD, terutama terkait metode yang jadi patokan. Salah satunya, epidemolog Indonesia, Dicky Budiman, menyangsikan akurasi estimasi tersebut.
Dicky menilai kurva estimasi yang dipublikasikan oleh SUTD adalah untuk tujuan pendidikan dan riset. Dengan demikian, dia beranggapan sejak awal penyusun sudah memahami bahwa estimasi itu, sebagaimana prediksi lainnya tidak bisa jadi rujukan pasti atau harus terus diperbarui sesuai perkembangan Covid-19 itu sendiri.
"Secara umum prediksinya masuk akal dengan persyaratan adanya intervensi yang maksimal di tes tracing isolate dan social physical distancing," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Minggu (26/4).
Meski demikian, Dicky mengingatkan ada beberapa catatan khusus untuk negara kepulauan seperti Indonesia. Pola kurva antar wilayah atau provinsi di Indonesia bisa sangat berbeda.
Selain itu, Dicky menyebut dalam pemodelan pandemi ada hal yang harus diperhatikan, yaitu kontekstualisasi atas model tersebut. Kontekstualisasi yang dimaksud adalah terkait temuan-temuan terakhir.
"Intinya dalam pemodelan yang dibuat di situs tersebut selalu ada range kemungkinan dalam tiap modelling dan kemungkinan-kemungkinan tersebut akan sangat bergantung pada aksi atau intervensi yang dilakukan," ujarnya.