Kisah Tragis Para Gadis-gadis yang Melarikan Diri Dari Serangan Boko Haram, Diperbudak Hingga Diperkosa Setiap Hari Dan Dijadikan Pabrik Bayi
NAPTIP mengatakan pihaknya mengetahui tingginya jumlah kasus perdagangan manusia di Madinatu dan sedang meningkatkan upaya untuk mengatasi masalah ini di kamp IDP khususnya.
"Kantor tersebut sekarang telah meningkatkan pengawasan di kamp pengungsi," kata Mikita Ali, kepala kantor NAPTIP yang mencakup wilayah timur laut. "Kami bekerja dengan manajer kamp dan pejabat kamp yang telah kami berikan nomor bebas pulsa kami dan disuruh memanggil kami jika mereka mencurigai ada kasus perdagangan manusia."
Di dalam kamp Madinatu, bagaimanapun, warga tetap khawatir tentang jumlah kasus. Para pemimpin masyarakat mengatakan kurangnya fasilitas yang memadai seperti fasilitas air minum dan kompor memasak berarti bahwa orang harus berjalan jauh untuk mencari air dan kayu bakar, membuat mereka rentan terhadap penyelundup manusia yang memangsa mereka.
"Jika kita memiliki akses mudah ke air dan kayu bakar, akan ada sedikit pembicaraan tentang perdagangan manusia," kata Mohammed Lawan Tuba, seorang pemimpin masyarakat di Madinatu. "Penjahat mengambil keuntungan dari anak-anak kita ketika mereka pergi mencari apa yang mereka butuhkan untuk menjaga mereka dan keluarga mereka tetap hidup."
Para pegiat HAM menjalankan "kampanye sensitisasi" yang bertujuan untuk mendidik para pengungsi tentang bahaya perdagangan manusia dan bagaimana menemukan tanda-tanda itu di dalam kamp IDP.
Namun Yusuf Chiroma, kepala Koalisi Komunitas Borno, sekelompok pekerja bantuan yang membantu para penyintas Boko Haram melalui program-program peningkatan keterampilan, mengatakan: "Orang-orang yang kehilangan tempat tinggal di Madinatu benar-benar berjuang untuk bertahan hidup, karena mereka tidak mendapatkan cukup pasokan makanan dari pemerintah dan itulah sebabnya mudah bagi para pedagang untuk mengeksploitasi mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan. "