Aksi Heroik Seorang Wanita, Rela Menyusui Bayi-bayi Setelah Serangan yang Membunuh 24 Wanita yang Baru Melahirkan di ibukota Afghanistan, Membuat Dunia Tersentak
"Mereka menyerang tempat yang penuh dengan wanita dan anak-anak, apa lagi yang tersisa? Tidak ada manusia yang tersisa di negara ini. Ini adalah masa ujian bagi kita; kita terpaksa menghadapi ini."
Taliban membantah terlibat dalam serangan hari Selasa. Pada hari yang sama, kelompok bersenjata ISIL (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri di pemakaman di provinsi Nangarhar yang menewaskan banyak orang.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memerintahkan militer untuk beralih ke "mode ofensif" terhadap Taliban, tetapi Perwakilan Khusus AS Zalmay Khalilzad menyalahkan ISIL atas kedua serangan itu, dengan mengatakan di Twitter kelompok itu telah menentang perjanjian perdamaian dengan Taliban.
Pada 29 Februari, AS dan Taliban menandatangani perjanjian yang menyerukan penarikan pasukan AS secara bertahap dari negara itu, dan untuk pertukaran tahanan antara pemerintah Afghanistan dan Taliban untuk menyiapkan panggung bagi pembicaraan intra-Afghanistan.
Pembicaraan itu, yang semula dijadwalkan 10 Maret, belum terjadi karena penundaan pertukaran tahanan dan perseteruan politik antara Ghani dan kandidat saingannya Abdullah Abdullah atas pemilihan presiden tahun lalu yang disengketakan.
Tetapi pada hari Jumat, juru bicara Ghani Sediqi Sediqqi mengatakan sebuah perjanjian politik telah dicapai dan akan ditandatangani dalam waktu dekat. Bagi Yawar, kesepakatan politik semacam itu tidak banyak berarti. "Tidak ada yang bisa menggantikan putriku," katanya. "Perang ini mematahkan hatiku, dan banyak orang miskin di negara ini."