Menkes Era SBY: Ragukan Vaksin Bill Gates Hingga Cukup Sudah Masyarakat Diam di Rumah
RIAU24.COM - Menteri Kesehatan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Siti Fadilah Supari meminta agar Indonesia tidak bergantung pada vaksin Covid-19 yang kabarnya tengah diupayakan oleh pendiri Microsoft Bill Gates. Menurutnya, vaksin tersebut belum tentu ada dalam waktu dekat.
Jika ada, menurut dia vaksin yang dimaksud juga belum tentu cocok dengan virus corona yang menyebar di Indonesia. Siti mengingatkan ada konsekuensi jika bergantung kepada Bill Gates dan rekan-rekannya.
zxc1
"Di samping itu kalau kita mendengarkan Bill Gates dan kawan-kawan yang sudah invest dananya di dalam bisnis vaksin dunia, mau tidak mau kita ya harus ikutin maunya mereka maka kita harus perpanjang PSBB, diam saja di rumah. Ekonomi kita akan nyungsep lebih dalam lagi sampai 2021 berakhir," ujar Siti dalam tulisannya yang yang dimuat CNNIndonesia.com, Senin (18/5/2020).
"Apakah itu yang kita pilih? Tunggu vaksin yang belum tentu jadi dan belum tentu cocok. Berpikirlah saudaraku se-Tanah Air," tambahnya.
zxc2
Siti menerangkan bahwa sejumlah negara yang perekonomian serta perdagangannya sempat terhenti akibat pandemi virus corona, kini sudah mulai menggeliat, sadar, serta bangun dari ketakutan dan kekhawatiran untuk memulai kembali kehidupan. Dia memberi contoh Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.
Dia tahu dan memahami Bill Gates berupaya menghentikan wabah virus corona dengan vaksin yang direncanakan selesai dibuat 18 bulan ke depan. Akan tetapi, Siti mengatakan bahwa Bill Gates sendiri juga tidak menjamin masyarakat bisa beraktivitas kembali seperti biasa jika vaksin telah ditemukan.
Seandainya vaksin dari Bill Gates benar-benar selesai, kata Siti, belum tentu cocok dengan virus corona yang ada di Indonesia. Dia merujuk penelitian Eijkman Institute yang menemukan sequencing virus strain di Indonesia berbeda dengan yang ada di negara lain. Terutama negara yang tengah menguji coba vaksin.
"Kita harus hati-hati di sini, berarti vaksin yang sedang mereka bikin berasal dari virus yang karakternya berbeda dengan vìrus yang ada di Indonesia, maka tidak akan kompatibel dengan kita (tidak cocok sehingga tidak akan efektif)," jelas Siti.
Siti juga menyinggung pendapat yang mengatakan bahwa masyarakat harus hidup berdamai dengan virus corona, namun tetap waspada. Dia menyatakan bahwa Indonesia harus bangkit dari keterpurukan ekonomi tetapi juga selamat dari corona.
"Rasanya sudah cukup masyarakat diam di rumah sudah, tidak bekerja normal, tidak sekolah seperti biasanya. Sampai kapan kita harus mulai? Presiden sudah tiup peluit, memukul genderang untuk bergerak tapi semoga aturan pemerintah tidak bertambah banyak," katanya.
Siti pun menyampaikan bahwa masyarakat di Wuhan, China telah kembali memulai kehidupan baru setelah pandemi virus corona menggunakan obat tradisional, bukan vaksin. Diketahui, virus corona disebut-sebut pertama kali muncul di wilayah Wuhan.
Menurut Siti lagi, itu bisa dilakukan di China yang tidak menganut demokrasi. Segala kebijakan pemerintah bisa dengan cepat diterapkan. Berbeda halnya dengan negara demokrasi yang mana kerap muncul pro dan kontra di khalayak publik.
Oleh karena itu, Siti menilai pemerintah Indonesia perlu mengambil keputusan yang efektif tepat sasaran disertai komunikasi yang searah. Dengan begitu, publik tidak bingung jika komunikasi disampaikan dengan jelas oleh pemerintah.