Idul Fitri yang Sepi di Bawah Kolong Jembatan di Jakarta, Para Kusir Kereta Kuda di Monas yang Tak Bisa Mengirimi Keluarganya Uang Pasca Pandemi Menghantam
RIAU24.COM - Di bawah jalan raya di utara Jakarta, sekelompok supir kereta kuda berkumpul dan menunggu. Tohirin, 59, adalah salah satunya. Pandemi virus corona telah memangkas penghasilannya dan memisahkannya dari keluarganya.
"Sebelum coronavirus, saya biasa membawa kereta ini ke Monumen Nasional. Saat itu, saya akan mendapatkan sekitar Rp 450 ribu hingga Rp 600 ribu dalam satu hari. Karena pembatasan ini, saya tidak bisa melakukan itu lagi," katanya seperti dilansir dari Al Jazeera.
"Sekarang saya hanya pergi sekali dua atau tiga hari. Saya tidak pergi setiap hari, karena tidak ada banyak tempat yang bisa saya kunjungi sekarang. Sebelum pembatasan saya akan pergi dengan kudaku setiap hari."
Tempat-tempat untuk publik ditutup karena pembatasan jarak sosial massal di Jakarta - membuat Tohirin dan sesama pengemudi kereta kuda sangat sulit untuk menemukan penumpang, dan mencari nafkah.
"Akhir-akhir ini, saya hanya menghasilkan sekitar Rp 75 ribu sehari. Tidak banyak tempat yang bisa kutuju sekarang."
Para pria telah menggunakan kolong jembatan sebagai kandang sementara untuk kuda selama 13 tahun. Sekarang, dengan sebagian besar situs publik ditutup - mereka menghabiskan lebih banyak waktu di sini daripada sebelumnya. Panas - tetapi tidak ada tempat lain untuk pergi. Para lelaki memasak di sini, merawat kuda mereka, dan beberapa dari mereka bahkan tidur di bawah kolong jembatan ini.
Tohirin telah mengendarai kuda di jalanan Jakarta selama lebih dari 20 tahun.
"Nama kudaku adalah Joni dan Jaka. Dalam pekerjaan ini, aku adalah bos dari kuda-kuda itu," katanya.
Ada lusinan kuda di bawah jalan raya - ada yang memakai penutup mata berkilau dan pelana berwarna cerah.Tapi kostum mereka yang rumit tidak bisa menyembunyikan kenyataan yang menyedihkan - kuda-kuda itu kurus, tulang-tulang mereka menonjol keluar dan rongga mata mereka cekung.
"Sebelum virus, aku akan memberi mereka makan tiga kali sehari. Tapi sekarang, ada hari-hari aku tidak bisa memberi mereka makanan kuda, hanya rumput. Itu sebabnya mereka kurus."
Istri Tohirin, kelima anaknya dan tujuh cucu semuanya tinggal di luar Jakarta, dan dia belum melihat mereka sejak pecahnya COVID-19. Ini berarti, untuk pertama kalinya, ia akan menghabiskan liburan Muslim Idul Fitri sendirian.
Keluarganya seperti jutaan orang di seluruh Indonesia - menandai Idul Fitri dengan perayaan yang tenang, tanpa akses untuk berkumpul bersama orang yang mereka cintai.
"Saya belum memberi mereka uang selama lima bulan terakhir. Saya belum bisa melihat mereka. Saya ingin mengirim mereka uang, tetapi saya tidak punya," katanya.
"Aku sangat merindukan mereka - tetapi karena situasi ini, suka atau tidak, aku tidak bisa pulang."