Kolong Tunawisma
RIAU24.COM - Mencoba mengolah rasa: pada pria paruh baya yang ditemukan tak bernyawa di kolong jalan Sudirman Pekanbaru kemarin itu.
Yang: ternyata ia pemulung. Di kolong itu juga tempat tinggalnya. Lima tahun sudah. Jalan protokol ibu kota provinsi.
Namun: tidak jua sama frekuensi-nya dengan emosional saya saat rumah warga di pilox miskin beberapa pekan lalu itu.
Seketika saya tak bisa terima ada pilox miskin. Ditambah dengan segala perbandingan dengan perlakuan kepala daerah lain yang dinilai lebih layak. Bertambah-lah mendidihnya. Kala itu.
Meski sehari sesudah kehebohan itu dibuat lebih humanis. Tetap saja belum bisa terima. Itu saya.
Di waktu yang bersamaan ada orang yang tak punya rumah tak sadarkan diri. Tergeletak di halte Simpang Purwodadi itu. Namun saya tak mendidih. Padahal: punya rumah pun ia tidak.
Pastinya saya ikuti perkembangan tunawisma tadi itu. Tentang: Covid-19 nya.
Dia: Dievakuasi ke rumah sakit swasta. Positif Covid-19. Dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad. Punya penyakit ginjal yang amat parah. Dari Covid-19 sembuh. Tinggal penyakit ginjalnya tadi.
Di sini
Ada: rumah warga yang di pilox, saya ikut meradang dalam kehebohan itu.
Dan: tunawisma tergeletak di halte, saya pun ikut ingar dengan Covid-19 nya itu.
Lalu: pada tunawisma yang tak bernyawa di kolong tadi itu juga saya nak ikut melatah.
Dua nasib yang terakhir, bagi sebagian kita di kota menjadi pemandangan biasa. Pada peristiwa yang di hilir kita terpaku.
Padahal, ada masalah nilai kemanusiaan yang harusnya tidak samar ditangkap. Bagi semua yang memikul amanah. Bukan perihal pejabat. Tapi semua manusia yang katanya sedarah dari Adam itu.
Oleh: Alwira Fanzary Indragiri; Wartawan