Menu

Tak Ingin Buru-buru, MUI Siapkan Pola Ibadah di New Normal

Muhammad Iqbal 28 May 2020, 09:33
Ilustrasi/net
Ilustrasi/net

RIAU24.COM - Pemerintah saat ini tengah mempersiapkan penerapan tatanan hidup normal baru atau new normal di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.

Masih berkaitan dengan new normal, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun membahas pola penyelenggaraan ibadah maupun aktivitas keagamaan. MUI juga mengevaluasi terhadap efektivitas aturan pemerintah di masa pandemi Covid-19 selama ini, kemudian memberikan rekomendasi kepada pemerintah.

"Kita tidak mau terburu-buru," ujar Wakil Sekretaris Jenderal MUI Bidang Fatwa, KH Sholahuddin Al Aiyub dilansir dari Okezone.com, Kamis 28 Mei 2020.

Dia melanjutkan, keselamatan jiwa masyarakat harus diutamakan daripada kepentingan-kepentingan yang lain, bahkan kepentingan masalah keagamaan sekalipun. Dia juga mengingatkan, dalam hal masalah keagamaan itu ada alternatif lain yaitu alternatif rukhsoh.

"Sementara kalau untuk menjaga jiwa masyarakat atau umat Islam itu tidak ada alternatif lain. Maka dalam hal ini, MUI ingin mendahulukan itu (perlindungan jiwa masyarakat). Kesimpulan seperti apa, saat ini masih digodok," tuturnya.

Dia menyebutkan, perlu pendekatan yang lebih mikro dan bukan secara nasional untuk memastikan apakah suatu daerah bisa melaksanakan aktivitas keagamaan di rumah ibadah pada era new normal nanti.

"Kondisi daerahnya seperti apa, tingkat penyebarannya seperti apa, karena ini variabel yang penting," tuturnya.

Dia mengaku heran dengan kurva kasus Covid-19 yang masih menunjukkan tingginya penularan. Padahal menurutnya tingkat kepatuhan dan pemahaman masyarakat terhadap protokol medis sudah cukup bagus. Contohnya pada saat melaksanakan Salat Idul Fitri 1441 Hijriah.

"Kita mendapat laporan, aspek protokol kesehatan menjadi pertimbangan utama para jamaah untuk melakukan Salat Id," ujar dia.

Dia juga menjelaskan, banyak kalangan Muslim saat itu yang tidak menggelar Salat Id dalam kapasitas yang besar. Mereka menggelar shalat Id di lingkup yang kecil seperti di area perumahan dengan membagi per blok atau klaster.

Dia mengakui, memang seharusnya ada dampak terhadap kurva kasus Covid-19. Tetapi nyatanya, masih belum berdampak pada penurunan grafik penularan Covid-19. Bahkan masih tinggi. Karena itu dia mengatakan, MUI ingin mengkajinya secara mendalam.

"Variabel kepatuhan protokol medis sudah bagus tetapi kok penularan masih tinggi, ini sebenarnya karena apa. Informasi-informasi ini akan menjadi pertimbangan yang penting untuk merumuskan rekomendasi MUI kepada pemerintah," tandasnya.