Laporan PBB Ungkap 1.200 Tentara Bayaran Kelompok Rusia Bertempur di Libya
RIAU24.COM - Kontraktor militer swasta Rusia Wagner Group telah mengerahkan sekitar 1.200 tentara bayaran ke Libya untuk memperkuat pasukan komandan militer pemberontak Khalifa Haftar, menurut laporan PBB yang bocor.
Laporan setebal 57 halaman oleh pemantau sanksi independen, yang diserahkan ke komite sanksi Dewan Keamanan PBB Libya, mengatakan Wagner mengerahkan tentara bayaran dalam tugas-tugas militer khusus, termasuk tim penembak jitu.
"Kami sudah lama tahu bahwa tentara bayaran Rusia beroperasi di Libya tetapi kami mungkin tidak tahu skala operasi," kata James Bays dari Al Jazeera, yang melaporkan dari New York.
Kontraktor militer swasta Rusia telah secara diam-diam berjuang untuk mendukung pasukan Rusia di Suriah dan Ukraina, kantor berita Reuters sebelumnya melaporkan, tetapi Kremlin menyangkal mereka menggunakan kontraktor militer swasta di luar negeri.
Para pemantau sanksi PBB mengidentifikasi lebih dari dua lusin penerbangan antara Rusia dan Libya timur dari Agustus 2018 hingga Agustus 2019 dengan pesawat sipil "terkait erat, atau dimiliki oleh" Grup Wagner atau perusahaan terkait.
Para pemantau juga mencantumkan rincian 122 operator Wagner yang "banyak di antaranya kemungkinan besar sedang beroperasi, atau telah beroperasi, di dalam Libya".
Mereka mengatakan 39 berasal dari kelompok sniper spesialis Wagner dan 83 operatif lainnya berasal dari unit tempurnya.
Laporan itu mengatakan pasukan yang berafiliasi dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB telah menangkap senjata "khas persenjataan yang diamati digunakan oleh operasi ChVK Wagner di tempat lain di Ukraina timur dan Suriah".
"Kami sangat prihatin. Itu adalah sesuatu yang tidak membantu rakyat Libya," Stephane Dujarric, juru bicara sekretaris jenderal PBB, mengatakan kepada Al Jazeera.
Di seberang Grup Wagner, personel didominasi Rusia tetapi juga termasuk warga negara Belarus, Moldova, Serbia dan Ukraina, kata laporan itu. Ia menambahkan mereka telah diidentifikasi menggunakan peralatan yang biasanya disediakan untuk angkatan bersenjata Rusia.
Sejak 2014, Libya telah terpecah antara daerah-daerah yang dikendalikan oleh GNA di Tripoli dan barat laut, dan wilayah yang dipegang oleh Tentara Nasional Libya (LNA) Haftar yang berbasis di timur di Benghazi.
Haftar melancarkan perang setahun yang lalu untuk merebut ibu kota Tripoli dan bagian lain Libya barat laut. Haftar didukung oleh Uni Emirat Arab, Mesir dan Rusia, sementara GNA didukung oleh Turki. DK PBB memberlakukan embargo senjata pada Libya pada 2011 di tengah pemberontakan yang menggulingkan penguasa lama Muammar Gaddafi.