Kisah Tragis Dibalik Pembunuhan Aktivis Irak di Basra
Aktivis dan analis yang berbicara dengan Al Jazeera mengatakan kekerasan itu bertujuan mencegah gerakan protes berubah menjadi partai politik, yang dapat menantang status quo dalam pemilihan parlemen 2021.
Protes pertama yang dihadiri oleh aktivis Basra Mohanad al-Khafajy terjadi pada tahun 2012, hanya setahun setelah apa yang disebut sebagai pemberontakan Musim Semi Arab menggulingkan penguasa lama di Tunisia dan Mesir dan memicu harapan akan transformasi demokrasi di wilayah tersebut.
Tuntutan kaum muda yang turun ke jalan kota lebih sederhana: Mereka ingin pemadaman listrik terus-menerus dihentikan.
Bertahun-tahun ketidakstabilan dan salah urus telah membuat Basra yang kaya minyak dengan infrastruktur bobrok yang tidak dapat memberikan layanan publik yang layak kepada dua juta penduduknya. Kekurangan air dan listrik yang parah telah membuat musim panas yang panas dan lembab sangat tidak tertahankan.
Setelah berdemonstrasi sepanjang musim panas 2012, al-Khafajy dan dua lusin pemuda lainnya memutuskan untuk membentuk kelompok untuk mengkoordinasikan aksi protes.
Kelompok itu akhirnya dikenal sebagai Pemuda Sipil Basra. Tuntutan utamanya adalah pembentukan sistem pemerintahan non-sektarian berdasarkan keadilan dan supremasi hukum.