Kisah Tragis Dibalik Pembunuhan Aktivis Irak di Basra
Bagi al-Khafajy, protes di Basra yang berlangsung hampir setiap tahun sejak 2012, serta pengorganisasian politik yang dilakukan oleh Pemuda Sipil Basra dan kelompok serta aktivis lainnya, meletakkan dasar bagi gerakan 2019 untuk perubahan di Irak, yang mana menggulingkan pemerintahan Adel Abdul Mahdi November lalu.
"Gerakan protes di Irak dimulai dari Basra, di mana ia mengembangkan budaya protes dan kebebasan berekspresi yang kemudian menyebar ke provinsi lain," kata al-Khafajy kepada Al Jazeera.
Pada Juni 2019, di tengah panas terik dan krisis air dan listrik yang besar, ribuan orang turun ke jalan di Basra lagi. Setelah jeda singkat pada akhir musim panas, pada bulan Oktober, protes kembali menyala dan menyebar ke seluruh provinsi selatan dan tengah, serta ibu kota, Baghdad. Saat itulah Oussama menjadi lebih aktif di Pemuda Sipil Basra, yang sering dia host di kantor perusahaan internetnya.
"Setelah [gerakan protes] mengancam kepentingan pihak-pihak yang korup dan didukung asing, menjadi bahaya nyata yang membutuhkan penggunaan metode brutal dan kekerasan untuk membungkam suara-suara ini," kata al-Khafajy.
Menurut al-Khafajy, Oussama dibunuh karena keanggotaan dan aktivitasnya dengan Pemuda Sipil Basra, yang mulai dilihat oleh kekuatan politik yang mengatur Irak sebagai ancaman karena pengorganisasian akar rumput yang efektif dan aktivitas protes. Anggota lain, termasuk al-Khafajy, juga diancam.
Kelompok itu bermaksud untuk mendaftarkan sebuah partai dan bersaing dalam pemilihan berikutnya, tetapi pembunuhan Oussama menunda rencana tersebut. Al-Khafajy mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia telah meninggalkan Irak lagi setelah dia dan keluarganya diikuti oleh orang tak dikenal.