Jika Nekat Perangi Turki, Kapal Induk Nuklir Prancis Ini Diyakini Bakal Keok, Cuma 2 Hari
"Ini adalah manuver geopolitik. Di satu sisi, mereka ingin menjual senjata dan kapal di Yunani. Langkah-langkah tersebut harus dihentikan oleh badan-badan internasional karena merupakan pelanggaran hukum," tambahnya.
Sebelumnya, Prancis sempat menebar ancaman kepada Turki terkait sengketa di Laut Mediterania timur. Tak tanggung-tanggung, Prancis berencana mengirimkan kapal induk nuklir andalannya, Charles de Gaulle dan serombongan kapal perang lainnya lengkap dengan jet-jet tempur dan helikopter serbu. Tujuannya untuk membantu Yunani.
Namun demikian, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menegaskan pihaknya tidak akan gentar. Dikatakan, pihaknya siap menumpahkan darah dan berkorban nyawa untuk mempertahankan hak kedaulatan wilayah maritim di Laut Mediterania timur.
Untuk diketahui, saat ini di Laut Mediterania timur sedang berlangsung latihan perang besar-besaran yang digelar Angkatan Laut Turki, latihan perang bersandi dalam sebuah operasi bernama Navtex. Operasi ini baru saja diperpanjang hingga 11 September 2020.
Prancis sebenarnya bukan pihak langsung yang terlibat dalam sengketa maritim di Laut Mediterania timur. Yang bersengketa sebenarnya Turki dan Yunani. Hanya saja Prancis menilai Turki bersalah dengan melakukan kegiatan seismik di perairan itu.
Sebenarnya, Turki sempat menunda semua aktivitas seismik untuk menghargai penolakan yang dilayangkan Yunani terkati Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Namun setelah Yunani dan Mesir menandatangani perjanjian ZEE, Turki membalasnya dengan kembali melanjutkan survei menggunakan Kapal Oruc Reis yang dikawal kapal-kapal perang Turki. ***