Kapal Tanker yang Terbakar Picu Kekhawatiran Akan Bencana Baru di Samudra Hindia
RIAU24.COM - Kapal dan pesawat dari Sri Lanka dan India meningkatkan upaya untuk memadamkan api di sebuah kapal tanker minyak pada hari Jumat karena para pejabat memperingatkan kerusakan lingkungan yang signifikan di pantai Sri Lanka jika kapal tersebut bocor atau meledak.
Kapal tanker itu, yang membawa hampir dua juta barel minyak mentah, melayang sekitar 40 km (22 mil laut) dari pantai, kata kepala angkatan darat Letnan Jenderal Shavendra Silva pada hari Jumat. Juru bicara angkatan laut, Kapten Indika de Silva, mengatakan ada 23 awak kapal, salah satunya diduga tewas.
"Pelaut Filipina yang hilang itu diperkirakan tewas. Dia terluka parah ketika sebuah ketel meledak," kata de Silva kepada kantor berita Reuters, mengutip awak yang diselamatkan.
"Ada lima awak kapal Yunani dan 18 warga Filipina. Salah satu dari mereka terluka dan dia diangkut keluar dari kapal dan sisanya dicatat."
Kebakaran yang terjadi di ruang mesin New Diamond pada Kamis pagi telah menyebar ke jembatan kapal, meski belum mencapai area kargo, kata angkatan laut Sri Lanka.
Tiga kapal tunda, lima kapal angkatan laut Sri Lanka serta dua kapal dari angkatan laut Rusia dan tiga dari angkatan laut India telah membantu dalam sebuah operasi untuk memadamkan api dan menarik kapal tersebut menjauh dari pantai, setelah kapal mulai melayang ke darat.
Kapal tanker yang terdaftar di Panama itu mengangkut minyak mentah dari pelabuhan Mina Al Ahmadi di Kuwait ke pelabuhan Paradip di India, di mana perusahaan minyak milik negara India memiliki kilang.
Saat ini, kapal tersebut ditahan oleh tim penyelamat di laut dalam 35 km (21,7 mil) timur kota Pottuvil di Sri Lanka, kata de Silva. Direktur Jenderal Operasi Laksamana Muda Y N Jayarathna mengatakan kepada wartawan bahwa menurut pandangan angkatan laut tidak ada bahaya tumpahan yang nyata, karena api di kapal telah ditahan di bagian belakang kapal. "Nyala api sekarang telah padam dan hanya ada asap putih yang keluar dari kapal," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
"Butuh waktu empat sampai lima hari lagi untuk benar-benar memadamkan api," tambah Jayaratne. "Setelah itu kita harus bisa menariknya dan membiarkan pemiliknya memutuskan apa yang ingin mereka lakukan."
Namun, kepala Otoritas Perlindungan Lingkungan Laut Sri Lanka, Darshani Lahandapur, memperingatkan bahwa jika kebocoran atau ledakan terjadi, "itu bisa menjadi bencana lingkungan yang sangat besar bagi seluruh dunia".
Dia mengatakan Sri Lanka tidak memiliki sumber daya atau kapasitas untuk memerangi bencana sebesar itu. Maladewa, sekitar 1.000 km (625 mil) barat daya Sri Lanka, memiliki ekosistem terumbu karang yang besar di perairannya dan menyatakan keprihatinan atas potensi tumpahan.
"Maladewa perlu mengawasi tumpahan minyak ini dengan hati-hati dan melakukan semua tindakan pencegahan untuk mencegahnya mencapai pantainya," tulis Ahmed Naseem, menteri Maladewa di kantor presiden, di Twitter.