Batu Bara Tak Laku 20 Tahun Lagi, Penambang Bakal Jadi Apa?
RIAU24.COM - Gencarnya kampanye transisi energi baru terbarukan guna memerangi dampak perubahan iklim akan berdampak pada pelemahan permintaan batu bara global ke depannya. Bahkan, dalam 20 tahun mendatang diperkirakan batu bara tak akan laku lagi.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arviyan Arifin, memperkirakan dalam 20-30 tahun mendatang batu bara tak ada peminatnya lagi, sehingga perusahaan batu bara, termasuk perseroan, harus bersiap diri untuk memanfaatkan batu bara menjadi nilai tambah terlebih dahulu, tidak hanya menggali dan menjual batu bara mentah.
Saat ini PTBA bahkan memiliki cadangan batu bara sampai 3,3 miliar ton. Bila ini tidak segera diangkut dan tidak dimanfaatkan, maka ini akan menjadi sia-sia.
“Peningkatan pengangkutan, deposit mencapai 3,3 miliar ton, kalau tidak diangkut dalam 20-30 tahun lagi tidak ada yang pakai batu bara, sehingga harus segera dimanfaatkan. Ini pentingnya harus ditingkatkan pengangkutan," kata Arviyan dalam konferensi pers virtual, Jumat (06/11/2020).
Guna memanfaatkan batu bara dan permintaan batu bara masih tinggi di masa depan, kini perseroan tengah mempersiapkan diri untuk mentransformasikan bisnisnya bukan hanya menjadi penambang dan penjual batu bara, tapi juga melakukan hilirisasi industri batu bara.
Salah satu bentuk pemanfaatan batu bara perseroan yakni dengan membangun dan mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang. Langkah ini sudah dimulai perusahaan dengan membangun PLTU Sumsel-8 berkapasitas 2x620 mega watt.
PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP). PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.
Adapun kemajuan pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara ini telah mencapai sebesar 55%. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal pertama 2022.
Selain melalui pembangunan PLTU mulut tambang, perseroan juga berencana mengembangkan proyek gasifikasi batu bara yang pembangunannya akan dimulai tahun depan. Proyek gasifikasi ini akan mengubah batu bara berkalori rendah menjadi dimethyl ether (DME) yang bisa digunakan untuk menggantikan LPG atau produk turunan dari bahan baku pupuk hingga pakaian.
"Ini ke depan 30, 40, 50 tahun lagi di Tanjung Enim akan berdiri industri petrokimia, bukan batu bara, tapi bahan baku utamanya batu bara. Sumber dayanya 8 miliar ton, kalau itu, kita bisa jadi independent dari crude oil," jelas dia.
Tak hanya hilirisasi batu bara, PTBA bahkan berencana memasuki sektor energi baru terbarukan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kawasan bekas galian tambang dan lainnya.
"Jadi itu visi, tidak cuma gali dan angkut tapi sudah transformasi beyond coal," tandasnya.