Menu

Nama-nama Berikut ini Menguat Dalam Bursa Capres 2024, Siapa Saja?

Muhammad Iqbal 19 Mar 2021, 15:59
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA), Fadhli Harahab
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA), Fadhli Harahab

RIAU24.COM - Meskipun Pilpres 2024 masih lama, namun sejumlah nama digadang-gadang akan bertarung dalam pesta demokrasi itu bermunculan. Dan isu presiden tiga perioden dianggap telah usang.

Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA), Fadhli Harahab mengatakan wacana presiden tiga periode hanya sebuah gagasan usang yang kembali dimunculkan untuk tujuan tertentu. Presiden Jokowi sendiri dengan tegas telah menolak wacana tersebut.

"Jokowi sendiri menolak wacana itu. Kalau kemudian muncul lagi artinya ada tujuan tertentu yang hendak dicapai," kata dia dilansir dari Okezone.com, Jumat, 19 Maret 2021.

Kata Fadhli ada yang menarik dari hal tersebut, bukan soal masa jabatannya, namun soal tujuan dan target dari isu ini. Fadhli menduga bukan masa Jabatan Presiden Jokowi yang ditambah tetapi dilanjutkan calon lain yang sudah disiapkan.

"Saya kira wacana ini akan mendapat penolakan dari banyak pihak. Makanya, dugaan saya lebih kepada memuluskan calon lain yang sudah disiapkan, bisa saja Prabowo-Puan atau Ganjar-Sandi di 2024 nanti," jelasnya.

Artinya, lanjutnya lagi, Visi misi Jokowi yang belum terlaksana akan dilanjutkan oleh mereka yang disiapkan nanti. "Kalau ini yang terjadi, maka tidak perlu ada amandemen lagi. Dan boleh-boleh saja sampai empat periode sekali pun," ucap Fadhli.

Dia menilai, jika masa jabatan tiga periode bisa memuluskan jalan Jokowi-Prabowo Subianto dianggap imanijasi politik berlebihan.

Di sisi lain, jika alasan duet Jokowi-Prabowo bisa menghilangkan polarisasi politik di masyarakat, maka ia menyarankan lebih baik ambang batas presiden diturunkan supaya Pilpres 2024 lebih banyak calon yang bertarung.

"Jadi kita boleh berimajinasi secara politik. Tapi imajinasi itu harus diselaraskan dengan realitas politik yang ada. Pak Jokowi dua kali nyatakan gak ada niat, maka jika beliau tiba-tiba berubah pikiran, Jokowi akan dituding mendzolimi cita-cita reformasi, bahkan oleh para pendukung sendiri," tandasnya.