Jenderal Spesial Penghancur Program Nuklir Ini Mengaku Israel Kesulitan Hancurkan Program Nuklir Iran, Ini Sebabnya
RIAU24.COM - TEL AVIV - Seorang pensiunan jenderal Israel buka-bukaan soal operasi penghancuran program nuklir di sejumlah negara Timur Tengah. Dia mengaku, dibanding menghancurkan program nuklir Irak dan Suriah, menghancurkan program nuklir Iran jauh lebih sulit.
Jenderal Amos Yadlin adalah salah satu pilot yang berpartisipasi dalam pemboman pembangkit listrik tenaga nuklir Irak pada bulan Juni 1981 sebagai bagian dari "Operasi Opera".
Ketika menjabat sebagai kepala intelijen militer Israel 16 tahun kemudian pada tahun 2007, dia juga membantu merancang "Operasi Orchard", yang menargetkan dan menghancurkan pembangkit listrik tenaga nuklir Suriah.
Namun, dalam wawancara dengan CNBC, dia menjelaskan bahwa menangani program nuklir Iran sangat berbeda. Menurutnya Iran jauh lebih siap mengantisipasi serangan. "Iran telah menunggu serangan ini selama 20 tahun," katanya lagi.
Selain itu, program Irak dan Suriah terletak di satu wilayah sementara Iran jauh lebih dibentengi dan tersebar di lusinan situs di seluruh negeri, yang akan membuat upaya serangan terhadap program nuklirnya menjadi jauh lebih kompleks.
Lebih lanjut, Yadlin menekankan bahwa badan-badan intelijen tidak memiliki data yang memadai mengenai semua situs, beberapa di antaranya dilaporkan tersembunyi di bawah tanah dan di daerah pegunungan. "Iran telah belajar dari apa yang telah kami lakukan tetapi kami juga telah belajar dari apa yang telah kami lakukan dan sekarang kami memiliki lebih banyak kemampuan," paparnya, yang dilansir SIndonews (20/4/2021).