Israel Ancam Iran Soal Perjanjian Nuklir, Siap Kerahkan Jet Tempur Besar-besaran Untuk Hancurkan Negara Itu
RIAU24.COM - Seorang menteri kabinet Israel memperingatkan Teheran agar jangan bermain-main dengan deal nuklir yang tengah digodok dengan sejumlah negara. Ia memastikan Israel akan mengerahkan jet tempur secara besar-besaran ke Iran jika negara itu masih membandel.
Seperti diketahui, pembicaraan perjanjian nuklir yang kembali dibahas AS dan sejumlah negara Eropa. Ini untuk memperbaharui perjanjian JPOCA, yang dibuat di masa Presiden AS Barack Obama.
Sebelumnya melalui perjanjian tersebut Iran dibatasi gerak-geriknya dalam pengembangan uranium dan dibebaskan dari sanksi. Namun di masa Presiden AS Donald Trump, di 2018, negeri Paman Sam keluar dari perjanjian dan memberi tekanan maksimal ke negeri itu.
"Siapapun yang mencari keuntungan jangka pendek harus memperhatikan jangka panjangnya. Kesepakatan yang buruk akan membuat kawasan itu berubah menjadi perang," kata Menteri Intelijen Eli Cohen, dikutip CNBC Indonesia dari Reuters, Jumat (30/4/2021).
Ia mengatakan Israel tidak akan mengizinkan Iran mendapatkan senjata nuklir. Iran, kata dia, tidak memiliki kekebalan di mana pun. "Pesawat kami dapat menjangkau ke mana saja di Timur Tengah, dan tentu saja Iran," ancamnya.
Kepada kekuatan dunia, ia juga berpesan agar menolak Iran untuk memperkaya uranium dan mengembangkan rudal balistik. Kekuatan dunia, tegasnya, harus menghentikan Iran "mengguncang negara lain" dan mendanai militan.
Israel sendiri saat ini aktif dalam menghambat dialog pengembalian perjanjian nuklir Iran 2015 yang diteken Amerika Serikat (AS) pada era Barack Obama yang dihentikan Donald Trump pada 2018 lalu.Gedung Putih mengatakan sekutu menyetujui "ancaman signifikan" yang ditimbulkan oleh perilaku regional Iran.
Duta Besar Israel untuk AS, Gilad Erdan, mengatakan pemerintahan Biden akan berkonsultasi dengan Israel tentang kesepakatan nuklir baru. Namun prospek ini, sebelumnya dianggap kabur.
"Kami menilai, dengan penyesalan kami, bahwa Iran akan menolak diskusi semacam itu, '' katanya kepada stasiun radio publik Israel Kan, menyinggung desakan Iran untuk memulihkan kesepakatan asli, yang disebut Trump terlalu terbatas dalam ruang lingkup dan durasi.
"Tetapi jika ternyata kami salah, dan Amerika berhasil mengamankan diskusi tentang kesepakatan yang berbeda dan lebih baik, kami pasti akan menjadi bagian dari diskusi itu. Kami memperjelasnya dan pemerintah (Biden) menyambutnya, tentu saja."
Sementara itu pihak Teheran sendiri juga sedang berusaha melobi AS untuk melakukan perundingan nuklir kembali. Bahkan kedua pihak sudah mengadakan dialog di Wina beberapa waktu lalu. Iran menyebut bahwa mereka menggunakan nuklir untuk tujuan damai.
Namun pembicaraan Wina telah dibayangi oleh apa yang tampaknya merupakan serangan sabotase timbal balik terhadap kapal Israel dan Iran, serta ledakan di pabrik pengayaan Natanz yang disalahkan Iran pada Israel.***