Nasib Meghan Markle Dan Putri Diana: Mirip Tapi Tidak Sama
Tindakan Meghan membuka suaranya sepertinya didukung penuh oleh suaminya, Pangeran Harry. Dia kemudian rela menyerahkan tahtanya sebagai penerus Kerajaan Inggris untuk menjadi rakyat biasa demi hatinya. Bagi Pangeran Harry, ini adalah pilihan paling bijak, untuk melindungi dirinya dan istrinya dari krisis kesehatan mental.
"Kita semua tahu seperti apa pers di Inggris, dan itu merusak kesehatan mental saya. Itu tidak sehat. Jadi, saya melakukan apa yang akan dilakukan suami dan ayah mana pun," kata Pangeran Harry, seperti dikutip CNN, Jumat 19 Maret 2019.
Pengakuan Meghan kemudian mendapat sorotan dunia. Terutama bagi mereka yang selalu mempertanyakan keberadaan monarki di era modern ini. Pakar hubungan internasional Universitas Indonesia, Evi Fitriani, mengungkapkan dengan pernyataan Meghan, masyarakat Inggris semakin mempertanyakan keberadaan monarki. Ini karena Inggris pernah mengalami krisis kepercayaan publik.
"Banyak orang mempertanyakan mengapa membayar pajak untuk membayar kehidupan seorang bangsawan? Apa untungnya bagi rakyat?" ucapnya seperti dikutip dari Liputan6.com, Jumat 19 Maret.
Di posisi internasional, sama saja. Pengakuan Meghan terhadap rasisme akan merongrong kredibilitas Inggris yang kerap mengkritik negara berkembang, termasuk Indonesia, terkait penerapan HAM. Di sisi lain, dunia internasional akan kembali mempertanyakan hal yang sama di Inggris.
“Dampak kritik Inggris yang dibuat negara lain tidak kredibel atau bisa kita katakan, apa yang menjadi dasar mengkritik kita sementara itu juga terjadi di negara kita sendiri. Enggak usah jauh-jauh, sudah dilakukan ratusan tahun. pendudukan. Penjajahan pada dasarnya adalah rasisme, "tambahnya.