Laporan Media Inggris Mengungkapkan Dokumen yang Menunjukkan COVID-19 Adalah Senjata Biologis Militer Milik Negara Ini
RIAU24.COM - Dugaan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang COVID-19 sebagai senjata biologis yang sengaja dikembangkan China mulai menemui buktinya. Media Inggris, berdasarkan dokumen rahasia yang melaporkan COVID-19 telah dikembangkan selama sembilan tahun oleh pemerintah China.
The Mail on Sunday, meluncurkan Sindo News, melaporkan bahwa proyek pengembangan COVID-19 dipimpin oleh militer China dan beberapa ilmuwan sipil. Di antara para pemimpin proyek tersebut adalah perwira militer komunis senior China, Cao Wuchun, dan pakar dari Institut Virologi Wuhan, Shi Zengli.
Cao Wuchun juga dikenal sebagai penasihat pemerintah di bidang bioterorisme. Sedangkan Zhengli dijuluki Batwoman karena dialah yang mencari sampel kelelawar di dalam gua.
Kecurigaan bahwa COVID-19 sebagai senjata biologis buatan China telah berkali-kali dikemukakan oleh Trump. Trump bahkan berulang kali menyebut Virologi Institut Wuhan dalam keterlibatan mereka dalam penelitian militer.
Dokumen proyek militer
Dalam dokumen yang diperoleh The Mail on Sunday, proyek tersebut disebut sebagai proyek untuk menemukan patogen yang menginfeksi hewan yang dibawa oleh hewan liar. Padahal, proyek ini bertujuan untuk menemukan organisme yang dapat menginfeksi manusia, termasuk evolusinya.
Beroperasi sejak 2012, proyek ini didanai oleh National Natural Science Foundation of China, yang dipimpin oleh Xu Jianguo. Versi pembaruan 2018 menyatakan bahwa tim ilmiah telah menemukan empat patogen baru.
Dan mengenai Li Meng Yan, dia adalah seorang peneliti di Sekolah Kesehatan Masyarakat Hong Kong, Universitas Hong Kong. Seperti Trump, dia skeptis sejak awal. Li Meng Yan melarikan diri ke AS. Dia berjanji akan menerbitkan laporan tentang COVID-19 yang dibuat oleh militer China. Dan dia menepati janjinya.
Li Meng Yan mengatakan laporan yang beredar adalah bukti dari apa yang dia katakan sebelumnya. Li Meng Yan menjelaskan, virus corona baru terbentuk dengan menggabungkan materi genetik dari dua kelelawar coronavirus.