Ekuador Akan Mengampuni Hingga 2.000 Narapidana Usai Kerusuhan Penjara yang Mematikan
Ekuador telah mengirim 3.600 bala bantuan polisi dan militer ke penjara-penjara di seluruh negeri untuk menjaga ketertiban, kata Menteri Dalam Negeri Alexandra Vela kepada wartawan, Jumat.
Dia menambahkan bahwa unit forensik telah mengidentifikasi 41 korban dari serangan kekerasan hari Selasa, dan telah menyerahkan 21 jenazah korban kepada keluarga mereka. Puluhan kerabat narapidana berkumpul di luar kamar mayat Guayaquil mencari informasi tentang orang yang mereka cintai. Pihak berwenang mengatakan setidaknya enam korban dipenggal kepalanya.
Henry Coral, seorang pejabat polisi, meminta anggota keluarga untuk membantu mempercepat identifikasi mayat dengan memberi tahu pihak berwenang tentang tato, bekas luka, atau ciri khas lainnya dari tahanan yang diyakini telah dibunuh. Beberapa mayat dimutilasi atau dibakar, membuat identifikasi lebih sulit.
Eduardo Montes, 60, sedang menunggu kabar tentang saudara laki-lakinya yang berusia 25 tahun, Vicente Montes, yang akan dibebaskan dalam satu bulan. "Mereka mengirimi kami foto di mana Anda dapat melihat kepala salah satu korban, dan kami yakin itu adalah saudara laki-laki saya, tetapi kami tidak tahu apakah dia benar-benar mati atau masih hidup," kata Montes. "Saya memiliki harapan bahwa dia masih hidup dan mereka membebaskannya."
Pada hari Rabu, Presiden Ekuador Guillermo Lasso mengumumkan keadaan darurat dalam sistem penjara, yang memberi kekuasaan kepada pemerintah termasuk mengerahkan polisi dan tentara di dalam pusat-pusat penahanan. Puluhan kendaraan polisi dan militer, serta ambulans, memasuki kompleks penjara Litoral pada hari Kamis, sementara helikopter terbang di atas daerah itu. “Sangat disesalkan bahwa penjara diubah menjadi wilayah perebutan kekuasaan oleh geng-geng kriminal,” kata Lasso, seraya menambahkan bahwa dia akan bertindak dengan “ketegasan mutlak” untuk mendapatkan kembali kendali atas penjara Litoral dan mencegah kekerasan menyebar ke fasilitas lain.
Gambar yang beredar di media sosial menunjukkan puluhan mayat di Paviliun 9 dan 10 penjara dan pemandangan yang tampak seperti medan perang. Pertempuran itu dengan senjata api, pisau dan bom, kata para pejabat.