Kisah Perjuangan Aipda Ambarita Sebelum Jadi Polisi, Pernah Bekerja di Sebuah Pabrik Cat Hingga Kini Terancam Sanksi
RIAU24.COM - Aipda Monang Parjuangan Ambarita atau yang lebih akrab disapa Aipda Ambarita, menjadi sorotan setelah videonya memaksa memeriksa HP milik warga, viral di media sosial.
Setelah video rekaman aksi Aipda Ambarita viral, anggota polisi yang menjabat Banit 51 Unit Dalmas Satsabhara Polres Metro Jaktim ini dimutasi sebagai Bintara Bid Humas Polda Metro Jaya.
Mutasi Ambarita itu tertuang dalam Surat Telegram bernomor ST/458/X/KEP/2021 tertanggal 18 Oktober 2021.
Surat tersebut sudah ditandatangani oleh Karo SDM Kapolda Metra Jaya, Kombes Putra Narendra.
Aipda Ambarita sendiri sudah dikenal luas publik. Maklum, anggota polisi berbadan tegap ini memiliki kanal YouTube sendiri yang sudah mendapat penghargaan silver button sejak tahun 2020.
Ia juga memiliki akun Instagram dengan jumlah pengikut lebih dari 285 ribu akun. Tentu saja, semua prestasi itu di atas rata-rata untuk ukuran seorang anggota kepolisian.
Terlepas dari kesalahannya, siapa sangka jika Aipda Ambarita memiliki perjalanan karier yang cukup unik. Sebelum resmi diterima menjadi seorang anggota Polri, ia sempat bekerja sebagai pegawai di sebuah pabrik cat.
Mendaftar di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) sempat dilakukan oleh Ambarita ketika masih berusia remaja. Pada saat itu, ia telah menamatkan pendidikan SMA di tahun 1995.
Tes demi tes dilaluinya hingga akhirnya dinyatakan gagal pada tahap akhir. Sempat kemudian ditawari untuk masuk ke Bintara Kostrad TNI-AD namun ditolak oleh dirinya.
Usai gagal masuk Akabri, Ambarita mencoba peruntungan dengan mendaftar kembali menjadi calon Bintara Polri pada 1996. Namun pada tahap kesehatan, ia dinyatakan gugur karena kelebihan berat badan.
Ambarita kemudian pergi ke Jakarta dan bertemu sang kakak yang menawarinya bekerja di perusahaan cat di daerah Ancol, Jakarta Utara. Ia ditempatkan sebagai pegawai laboratorium yang tugasnya membuat sampel warna.
Krisis moneter yang menghantam Indonesia pada tahun 1997 juga berimbas pada perusahaan tempat Ambarita bekerja. Ia akhirnya dipecat dan menjadi seorang pengangguran. Namun di tengah menganggur tersebut, ia masih menyimpan cita-cita sebagai polisi.
Ambarita kemudian mencoba mendaftar dikmaba DK Polri tahun 1998-1999 dan akhirnya dinyatakan lulus.
Setelah lulus, Ambarita langsung ditugaskan di Mojokerto, Jawa Timur. Kini ia ditugaskan di Divisi Sabhara Polres Jakarta Timur dan memimpin tim pengurai massa (Raimas) Backbone yang memiliki 30 orang anggota.