Kisah Seorang Kakek Pencari Ban Bekas, Berjuang Hidup Walau Penghasilan Hanya 4 Ribu Rupiah Sehari
RIAU24.COM - Diusianya yang sudah senja, seharusnya seseorang yang sudah lanjut usia beristirahat dirumah sambil memperbanyak ibadah. Namun tidak dengan kakek Darta.
Dilansir dari Viralpedia, diusianya yang sudah 71 tahun, kakek Darta setiap hari harus berjalan sejauh 20 kilometer hanya untuk mencari ban bekas.
Dengan langkahnya yang tertatih-tatih, Kakek Darta terus berjuang demi sesuap nasi. Biasanya dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore kakek mendapatkan 4 buah ban bekas. Kemudian, ia akan menjual ban-ban bekas tersebut. Setiap 1 ban bekas dihargai seribu rupiah. Jadi dalam sehari, upah yang ia dapatkan cuma 4 ribu rupiah.
“Itu juga susah, kadang cuma dapat 1 atau nggak dapat ban sama sekali. Kalau nggak dapat ban kakek juga nggak bakal dapat uang,” tutur Kakek Darta.
Menyusuri jalanan setiap hari dengan jarak yang jauh tentu sulit bagi kakek.
Lelah dirasakannya, tapi kakek harus punya uang biar bisa makan. Setiap pagi kakek pergi dengan perut kosong, karena sehari Kakek Darta cuma bisa makan sekali ketika siang saja.
"Itu pun kalau uangnya dapat, kalau nggak ada, kakek cuma bisa kelaparan seharian sambil mencari ban bekas," ujarnya.
Kakek Darta mengaku jika ia ingin istirahat di masa tuanya, tapi kalau tidak kerja, ia tidak akan mendapat uang.
“Mau tak mau kakek harus terus nyari ban. Upahnya emang sedikit dan cuma cukup untuk makan aja, tapi kakek masih terus berjuang nyari rezeki. Kakek masih bisa ikhtiar dan cuma bisa berdoa agar Allah memudahkan rezeki kakek, Amin,” ucapnya sambil berkaca-kaca.
Diketahui, kakek Darta tinggal seorang diri. Istrinya sudah meninggal karena sakit, sementara anak-anaknya jauh di Jakarta dan sudah puluhan tahun tak memberi kabar apapun kepada kakek.
“Kakek sedih tinggal sendirian, nggak tahu anak-anak kabarnya bagaimana. Kakek ingin ketemu, tapi nggak tahu mereka dimana, puluhan tahun lalu mereka bilangnya di Jakarta,” ucap Kakek Darta.
Rumah yang Kakek Darta tempati pun hanya gubuk berukuran 1×2,5 meter. Itu hanya cukup untuk kakek berbaring melepas lelah seharian.
Tak ada kamar mandi dan dapur, kakek terpaksa harus pergi ke mushola untuk keperluan mandi atau buang air.
“Biasanya kakek pergi ke mushola kalau mau ke air, soalnya kakek nggak punya MCK. Ingin sekali kakek punya MCK biar nggak perlu ke mushola apalagi kalau tengah malam, kakek nggak perlu keluar rumah,” lirihnya.