Jeritan Warga Memohon Agar Jokowi Tak Gusur Masjid dan Rumah demi Pelabuhan Ambon: Kasihani Kami
RIAU24.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju akan mengembangkan pelabuhan baru dengan konsep pelabuhan terintegrasi yang akan menjadi pusat pertumbuhan industri pengolahan ikan dan konsolidasi kargo dari wilayah Indonesia Timur.
Namun, Warga Dusun Ujung Batu, Batu Dua dan Bata Naga Desa Wai Kecamatan Salahutu, Ambon, Maluku Tengah meminta Jokowi tak menggusur masjid, sekolah dan perumahan warga demi pembangunan Pelabuhan Ambon New Port sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN) tersebut.
Dilansir dari CNNIndonesia, Wasalima (65) warga Dusun Ujung Batu meminta Jokowi mengutamakan rakyat. Ia lantas meminta Jokowi untuk mencari lahan kosong bukan pemukiman penduduk menjadi target penggusuran pembangunan Ambon New Port.
"Pak Jokowi ini bukan lahan kosong, ada penduduk di sini, kasihani kami, kalau lahan kosong silakan, di sini pemukiman penduduk," ujarnya dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (11/11).
Ia lantas meminta Jokowi untuk turun ke lokasi dan memastikan pembangunan Ambon New Port seluas 700 hektare itu benar dibangun di lahan kosong atau pemukiman penduduk.
Warga, kata dia bersikeras untuk menolak penggusuran. Mereka berkomitmen akan memberikan perlawanan jika pemerintah kukuh memaksa warga meninggalkan pemukiman penduduk.
"Kami menolak untuk digusur, kami mau tinggal dimana, kami tidur tak nyenyak,"ungkapnya.
Senada, La Ode warga Dusun Ujung Batu meminta Jokowi untuk memberikan perlindungan kepada warga karena warga selalu mendapat intimidasi setelah menolak penggusuran.
Menurutnya, warga sempat menjadi korban penggusuran proyek pembangunan PLTD di Dusun Ujung Batu, Desa Wai, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah. Kala itu, ada sekitar 30 kepala keluarga (KK) sempat digusur namun hingga saat ini ganti rugi perumahan belum terealisasi.
"Jadi alasan kami menolak penggusuran karena kami tak mau kasus yang sama menerjang kami. Kami bagian dari NKRI pak presiden, perlakuan kami sama seperti rakyat lain di Indonesia. Silahkan membangun namun tidak boleh di pemukiman," tambahnya.
Sementara Nurmole warga Dusun Batu Dua menuturkan warga sudah mendiami lahan itu sejak tahun 1921 silam. Kata dia warga tak bisa meninggalkan tempat yang diwariskan para leluhur mereka.
"Jadi enggak bisa dipindahkan kemana-mana, soalnya warga sudah nyaman, kalau direlokasi sulit, kalau memaksa pasti kita melawan," ujarnya.
Per Kamis, (11/11), warga Dusun Ujung Batu, Batu Dua dan Batu Naga, turun ke jalan menyuarakan penolakan penggusuran. Mereka membentangkan poster "Tolak penggusuran pertahankan hak kami, gusur rumah dan kampung, gusur masjid dan sekolah demi pelabuhanmu yang ambisius tanpa nurani".