Bagaikan Hotel, Lapas Sukamiskin Menjadi Rumah Nyaman Untuk Para Narapidana Korupsi
Jangan kira lapas ini terkesan suram, gelap dan mencekam. Justru sebaliknya, Sukamiskin adalah lapas kelas 1 dengan fasilitas yang begitu lengkap, nyaman, dan bahkan kebablasan dalam "memelihara" para pemakan uang rakyat.
Lapas Sukamiskin sudah beberapa kali mendapat sorotan. Pada awal 2017, Sukamiskin banyak diperbincangkan karena isinya mewah dan memiliki saung khusus. Saung ini diperuntukkan bagi para narapidana korupsi untuk bertemu dengan pihak keluarganya. Pertanyaan yang paling mendasar, darimana uang yang digunakan oleh pihak lapas untuk membangun fasilitas tersebut? Jelas ada suap-menyuap yang dilakukan.
Dalam catatan Indonesia Corruption Watch (ICW) sedikitnya sejak 2008-2018 sudah 20 orang kepala rumah tahanan, kepala penjara, dan sipir penjara yang tersangkut dalam kasus suap. Ironisnya hanya dua orang yang diproses secara hukum, sisanya cuma sanksi administratif.
Pada 2018 lalu, Kepala Lapas (Kalapas) Sukamiskin, Wahid Husen terjaring Operasi Tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Wahid diduga menerima suap terkait fasilitas tahanan dan izin keluar dari lapas Sukamiskin. Parahnya lagi, saat KPK melakukan OTT, Fuad Amin dan Wawan, dua tersangka yg ditahan disana sedang plesiran keluar dan tidak ada di dalam sel
Semestinya lembaga pemasyarakatan bisa menjadi tempat pembinaan bagi para napi agar tidak mengulangi perbuatan buruknya. Tapi alih-alih, ditahan ternyata banyak napi hanya tetap bisa pelesiran dan mendapatkan fasilitas mewah dan ruangan sel yang lebih besar.
Salah satu ruangan narapidana yang menarik perhatian adalah milik Agusrin M Najamudin dan Setya Novanto. Sel ini berukuran lebih besar dari sel lainnya serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas.