Kisah Ribuan Warga yang Hidup di Bawah Bayang-bayang Ketakutan Terhadap Erupsi Gunung Berapi di Indonesia
Itu juga menyebabkan banyak tunawisma dan ratusan mengungsi ke tempat penampungan. Di sebuah masjid setempat, para ibu duduk di lantai di samping anak-anak mereka yang sedang tidur, beruntung telah lolos dari banjir bandang yang menyelimuti seluruh desa dengan abu dan meninggalkan puluhan orang dengan luka bakar parah.
Beberapa kembali ke kota hantu mereka setelah letusan meskipun risiko kesehatan mereka dari udara kotor, putus asa untuk mengambil potongan-potongan dari lautan lumpur yang tajam.
Di salah satu rumah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, piring, periuk, dan mangkok diletakkan di atas meja seolah-olah makan malam sedang dihidangkan, tetapi makanan itu telah diganti dengan seporsi abu vulkanik. Beberapa mencari mati-matian mencari teman dan kerabat yang hilang.
“Ada 10 orang yang terbawa semburan lumpur,” kata Salim, warga Kampung Renteng lainnya. “Salah satu dari mereka hampir diselamatkan. Dia disuruh lari tetapi berkata, 'Saya tidak bisa, siapa yang akan memberi makan sapi saya?'”
Atap-atap rumah di Desa Sumber Wuluh menyembul dari lapisan lumpur tebal, menyoroti derasnya volume yang turun di kawasan tersebut. Sapi-sapi terbaring mati atau bertahan hidup dengan daging mereka terkoyak oleh panas yang membakar.