Ketika Varian Omicron Menyebar Lebih Cepat dari Varian Delta, Vaksin Buatan Lokal Ini Digadang-Gadang Mampu Jadi Alternatif
RIAU24.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, COVID-19 varian Omicron lebih cepat menular dari varian Delta dan menginfeksi orang yang sudah divaksin atau baru pulih dari COVID-19. Dalam kondisi seperti ini vaksinasi menjadi solusi, termasuk Vaksin Nusantara yang digagas dr. Terawan Agus Putranto.
Dilansir dari VOI, Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan bahkan menyebutkan, tidak bijak menyimpulkan dengan data awal gejala yang ditimbulkan Omicron lebih ringan dari varian sebelumnya.
Disebutkan Soumnya, varian Omicron menyebabkan infeksi pada orang yang sudah divaksinasi atau yang telah pulih dari infeksi COVID-19. "Dengan angka yang terus naik, sistem kesehatan akan terbebani," kata Soumya Swaminathan.
Menurut Soumnya, varian Omicron berhasil menghindari beberapa respons imun. Artinya, program vaksin booster yang dilakukan di banyak negara harus menargetkan pada masyarakat yang sistem imunnya rendah.
"Terdapat bukti yang kini konsisten, Omicron menyebar lebih cepat dibandingkan varian Delta," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers. "Dan tampaknya orang yang sudah divaksin atau pulih dari COVID-19 dapat terinfeksi atau terinfeksi ulang," kata Tedros.
Namun demikian, WHO mengatakan bentuk vaksinasi imunitas lainnya mungkin dapat mencegah infeksi. Namun sejumlah pejabat di WHO mengatakan bentuk lain vaksinasi COVID-19 bisa mencegah infeksi dan penyakit.
Ahli dari WHO, Abdi Mahamud mengatakan, meski pun saat ini masyarakat dunia melihat adanya sebuah pengurangan netralisasi anti-bodi, hampir semua analisis memperlihatkan kekebalan yang dimediasi sel-T tetap utuh. "Itulah yang benar-benar kita butuhkan," sebutnya.
Menjawab pertanyaan bagaimana menangani varian Omicron, yang terdeteksi pada akhir bulan lalu, Soumnya Swaminathan mengatakan itu adalah sebuah tantangan. "Sebab banyak monoklonal anti-bodi tidak mempan dengan Omicron," katanya.
Sementara, terkait sel T yang memperlihatkan kekebalan dengan varian Omicron, Mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto bersama tim di Indonesia telah terlebih dulu melakukan penelitian dan pengembangan dengan metode Sel Dendritik, yakni Vaksin Nusantara.
Sel dendritik yang dipertemukan dengan rekombinan antigen di laboratorium memiliki kemampuan untuk mengenali virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Tim Peneliti Utama Vaksin Nusantara, Mayor Jenderal TNI (Purn) dr Daniel Tjen Sp.S menjelaskan, mereka yang sudah mendapatkan suntikan sel dendritik dapat membooster, memperkuat imunitas dan cepat memproduksi antibodi.
"Sel dendritik yang sudah dikenalkan dengan antigen tersebut juga akan merangsang sel T sehingga berfungsi sebagai stimulus adaptip jangka panjang, memiliki memori yang bertahan lama," tutur dr Daniel, dalam webinar yang digelar Beranda Ruang Diskusi dan dipandu Chelsia Chan, Dosen Hukum Media Unika Atma Jaya, pada Rabu (6/10) lalu.
Senada, anggota Peneliti Utama Tim Vaksin Nusantara, Kolonel dr Jonny Sp. PD, K.GH M.Kes, MM, CAPD menyampaikan, Vaksin Nusantara sangat baik digunakan sebagai booster. Dia bahkan mengaku, telah melakukan vaksinasi dengan Vaksin Sinovac dan Vaksin Nusantara. "Karena beda sebetulnya Vaksin Nusantara dengan vaksin biasa (konvensional, red) tujuannya menimbulkan antibodi tapi kalau Vaksin Nusantara kan imunitas seluler. Kalau dipakai untuk melengkapi (booster, red) sungguh baik," ujar Dr Jonny ketika berbincang dengan wartawan, Sabtu 20 Desember.
Wartawan senior yang juga salah satu pendiri Beranda Ruang Diskusi, Dar Edi Yoga mengatakan, Vaksin Nusantara yang merupakan hasil karya anak bangsa sangat tepat digunakan sebagai booster bagi masyarakat Indonesia. "Vaksin Nusantara mampu melawan berbagai varian COVID-19 dan cukup satu kali disuntikkan untuk seumur hidup," kata Dar Edi Yoga.
Vaksin Nusantara, kata dia, memiliki tingkat efikasi 97 persen selama 7 bulan usai uji klinis tahap 2 beberapa waktu lalu. "Artinya, kalau vaksin lain (konvensional) menurun efikasinya hingga 30 persen bahkan di bawah itu, lain halnya dengan Vaksin Nusantara yang tetap tinggi dan disuntikkan sekali seumur hidup," ujar Yoga.